Suara.com - Harga emas dunia menguat ke posisi 1.800 dolar AS karena investor berspekulasi lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini dapat menjauhkan Federal Reserve dari mengumumkan rencana untuk mengurangi dukungan ekonomi di simposium Jackson Hole.
Mengutip CNBC, Rabu (25/8/2021) harga emas di pasar spot stabil di 1.804,99 dolar AS per ounce, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi sejak 5 Agustus.
Sementara, emas berjangka Amerika Serikat ditutup naik 0,1 persen menjadi 1.808,90 dolar AS per ounce.
Mencerminkan dampak ekonomi dari virus corona adalah data yang menunjukkan pertumbuhan aktivitas bisnis Amerika melambat pada Agustus.
Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 953.000 per Gram di Pemberlakuan PPKM Level 3
"Apa yang mungkin sensitif terhadap pasar emas adalah The Fed mungkin mulai mengatakan inflasi tidak sementara seperti yang diperkirakan dan itu dapat mendorong mereka untuk memperketat kebijakan di masa mendatang, meskipun dampak virus bakal mengesampingkan kekhawatiran inflasi untuk saat ini," kata Jim Wyckoff, analis Kitco Metals.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, sementara kenaikan suku bunga meningkatkan opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Fawad Razaqzada, analis ThinkMarkets, juga mencatat bahwa kisaran 1.805-1.810 dolar AS merupakan signifikan bagi emas karena garis tren bearish bertemu dengan pergerakan rata-rata 200 hari (MA200) di sana.
"Kita mungkin melihat potensi penurunan, paling tidak pada aksi ambil untung, ke support berikutnya di kisaran 1.795 dolar AS dan jika emas mencapai titik terendah Senin di 1.776 dolar AS itu dapat memicu technical selling yang baru," katanya.
Logam lain perak naik 0,9 persen menjadi 23,86 dolar AS per ounce, dan platinum turun 0,1 persen menjadi 1.012,5 dolar AS per ounce, sementara paladium melambung 2,1 persen menjadi 2.451,18 dolar AS per ounce.
Baca Juga: Dolar AS Terjungkal, Harga Emas Dunia Bersinar Terang