Suara.com - Pasar minyak dunia menutup kerugian cukup parah pada akhir pekan lalu, dimana mencatatkan posisi terburuk mingguan.
Pelemahan tersebut adalah terendah dalam 9 bulan terakhir. Para investor melakukan aksi jual untuk mengantisipasi pelemahan demand global karena faktor melonjaknya kasus corona.
Pasar minyak mentah sekarang telah membukukan kerugian tujuh hari berturut-turut. Banyak negara di seluruh dunia menanggapi meningkatnya tingkat infeksi karena varian Delta coronavirus dengan menerapkan kembali pembatasan perjalanan untuk memotong penyebaran.
China telah memberlakukan metode desinfeksi yang lebih ketat di pelabuhan, menyebabkan kemacetan, negara-negara termasuk Australia telah meningkatkan pembatasan perjalanan, dan permintaan bahan bakar jet global turun.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Terus Anjlok, Kini di Level Terendahnya Sejak Mei
"Sulit bagi harga untuk menemukan dukungan dengan ketidakpastian semacam ini," kata John Kilduff, analis di Again Capital LLP di New York.
Minyak mentah Brent turun 8 persen pada minggu ini. Sedangkan pada trading akhir pekan lalu turun 1,27 dolar AS atau 1,9 persen ke harga 65,18 dolar AS per barel, terendah sejak April dan turun sekitar 8 persen untuk minggu ini.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,37 dolar AS atau 2,2 persen menjadi 62,32 dolar AS per barel. Secara mingguan kehilangan lebih dari 9 persen untuk minggu ini.
China, importir minyak mentah terbesar di dunia, telah menerapkan lockdown lagi yang memengaruhi pengiriman dan rantai pasokan global. Amerika Serikat dan China juga telah memberlakukan pembatasan kapasitas penerbangan.
"Mereka bertindak keras menekan pandemi menjadi minimal, yang merupakan ancaman langsung untuk profil permintaan di sana," kata Kilduff.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Terus Anjlok Dalam 13 Hari Perdagangan
Beberapa perusahaan AS telah menunda rencana membuka kantor. Apple Inc, perusahaan AS terbesar berdasarkan nilai pasar, menunda pembukaan kantor bagi pekerjanya hingga awal 2022.
Dolar AS mencapai posisi tertinggi dalm 9 bulan terakhir seiring sinyal Federal Reserve AS mengurangi stimulus tahun ini. Harga minyak bergerak terbalik terhadap mata uang AS, membuat minyak lebih mahal bagi pembeli asing ketika dolar menguat.
Sementara varian Delta menyeret permintaan bahan bakar sementara pasokan terus meningkat. Produksi minyak AS naik menjadi 11,4 juta barel per hari dan perusahaan pengeboran menambahkan rig untuk minggu ketiga berturut-turut, kata perusahaan jasa konsultasi energi Baker Hughes.
Begitu pula Organisasi Negara Pengekspor Minyak ( OPEC ) dan sekutunya perlahan-lahan meningkatkan pasokan yang telah ditutup di awal pandemi.