Ketika Mendag Kaitkan Jurnalisme Solusi dengan Bonus Demografi

Kamis, 19 Agustus 2021 | 11:10 WIB
Ketika Mendag Kaitkan Jurnalisme Solusi dengan Bonus Demografi
Muhammad Lutfi [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, tantangan yang dimiliki Indonesia yang akan datang cukup rumit. Dimana setelah Indonesia menaikkan sepuluh kali lipatkan GDP dari tahun 1998, masih akan ada tantangan lebih rumit lagi pada 18 tahun mendatang.

"Challenge yang akan datang menjadi luar biasa lagi karena waktu kira-kira 17 sampai 18 tahun ke depan ketika demografi bonus kita akan habis, kita harus mentigakalipatkan GDP perkapita kita karena kita tidak mau terjebak dalam jebakan kelas menengah," kata Mendag Lutfi dalam webinar bertajuk "Inovasi Media untuk Jurnalisme Solusi" ditulis, Kamis (19/8/2021).

Menurut Mendag Indonesia harus mampu secara bersama sebagai bangsa, untuk keluar dari middle income trap atau jebakan kelas menengah.

"Ini yang harus kita laksanakan kita harus bersama-sama sebagai sebuah bangsa untuk bisa bekerja untuk keluar dari middle income trap atau jebakan kelas menengah," katanya.

Baca Juga: Warga yang Belum Divaksin Bisa Belanja di Mall, Syaratnya Siap Rogoh Kocek Rp 900 Ribu

Seperti kita ketahui sekarang Amerika Serikat dan China sedang sama-sama berinteraksi dan sedang mengadakan perang dagang. Meski di satu hal, ini adalah tempat terbaik karena Indonesia akan kebanjiran order ketika terjadi perselisihan dagang antara China dan Amerika Serikat.

Oleh sebab itu, Lutfi menegaskan Indonesia harus mendatangkan solusi, bukan hanya keluar dari jebakan kelas menengah, tetapi Indonesia juga memastikan bahwa tidak ada perselisihan di kawasan.

Dikaitkan dengan jurnalisme, Lutfi menyebut diharapkan akan ada sebuah solusi dari sisi jurnalisme terhadap isu yang terjadi.

Sementara itu CEO inilah.com Fahd Pahdepie mengatakakan jurnalisme solusi mengedepankan konsep reportasi yang mendalam, melibatkan pembaca, dan menggerakkan aksi nyata untuk menyelesaikan persoalan yang diangkat.

“Ada banyak persoalan yang sebenarnya membutuhkan kehadiran media untuk ikut memberi solusi. Tetapi yang ada saat ini justru media memperkeruh persoalan atau memanaskan perdebatan publik. Kita butuh inovasi di dunia media," katanya.

Baca Juga: Kemendag Urunan 21 Ton Telur Bantu Nakes di 7 Wilayah, Kota Tangerang Dijatah 3 Ton

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI