Literasi Properti Jadi Tantangan, SCG Indonesia Siapkan Bahan Bangunan Instan

Iwan Supriyatna Suara.Com
Rabu, 18 Agustus 2021 | 15:21 WIB
Literasi Properti Jadi Tantangan, SCG Indonesia Siapkan Bahan Bangunan Instan
QC SCG Indonesia.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sektor properti tercatat tumbuh 2.82% pada kuartal II tahun ini. Hal tersebut menunjukkan, minat masyarakat terhadap hunian masih terjaga meskipun di tengah pandemi.

Pertumbuhan ini tak lepas dari upaya pemerintah melalui Kementerian Keuangan yang mendorong masyarakat untuk memiliki hunian, salah satunya lewat kebijakan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pembelian rumah, yang awalnya hanya sampai Agustus 2021 kini diperpanjang sampai akhir tahun.

Bank Indonesia pun turut menerapkan kebijakan uang muka pembelian rumah hingga 0%, sehingga masyarakat bisa mendapatkan keringanan dan terdorong melakukan investasi properti di tengah pandemi.

Momentum ini perlu diapresiasi dan dimanfaatkan dengan maksimal baik oleh pelaku industri dan masyarakat. Namun, sebagai calon konsumen, kita perlu cermat dalam memilih properti, baik yang ingin kita beli ataupun kita bangun.

Turut menyoroti hal ini, salah satu pemimpin bisnis terkemuka di ASEAN, SCG, melalui anak usaha Cement-Building Materials di Indonesia melihat tingkat literasi masyarakat terhadap bidang properti, khususnya konstruksi bangunan masih terbatas, padahal ini adalah hal yang krusial dalam mengambil keputusan sebelum membeli ataupun membangun rumah.

Menurut SCG, masyarakat yang jarang terlibat dalam proses konstruksi biasanya cenderung menilai kualitas bangunan berdasarkan tampak luarnya saja, padahal ada tiga aspek vital lainnya yang harus dipertimbangkan.

Pertama, karakteristik lingkungan. Bukan hanya soal lokasi dengan akses strategis namun juga karakteristik lingkungan yang aman dari bencana, seperti tidak berada di area rawan longsor maupun banjir.

Kualitas tanah juga perlu diperhatikan, bukan tanah basah seperti bekas rawa, sawah, atau lahan gambut karena diperlukan waktu dan biaya lebih untuk membuat lahan tersebut menjadi kering dan siap untuk dibangun.

Meski demikian, apabila Anda tetap memilih lingkungan seperti ini karena pertimbangan lain, sebaiknya Anda punya rencana untuk mengantisipasi dampak lingkungan di kemudian hari.

Baca Juga: Perpanjangan Insentif PPN Sektor Properti Disambut Baik Township Kota Modern

Kondisi tanah yang basah dapat meningkatkan risiko kebocoran pada pondasi rumah, sehingga Anda perlu tahu strategi penambalan celah di tempat rembesan air tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI