Suara.com - PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) berhasil mencatat arus kas operasi positif Rp171 miliar pada 2020, berbalik dari tahun sebelumnya yang negatif Rp759 miliar.
Dengan adanya pandemi Covid-19, tahun 2020 adalah tahun yang penuh tantangan. Namun Perseroan membuktikan ketahanan dan keberlangsungan usaha yang kuat dimana hal ini akan menjadi modal berharga dalam memanfaatkan momentum titik balik kebangkitan kinerja Perseroan.
“Perseroan berupaya secara konsisten melakukan efisiensi. Hal ini dapat terlihat dari turunnya biaya umum dan administrasi sebesar 23% dibandingkan tahun lalu sehingga Perseroan membukukan rugi bersih sebesar Rp1,1 triliun atau lebih baik 5,1% dibandingkan rugi bersih tahun lalu,” kata Henderi Djunaidi, Direktur PT Eagle High Plantations Tbk, pada paparan publiknya ditulis Jumat (13/8/2021).
Dampak dari langkah strategis Perseroan mengatur arus kas operasi positif ditambahkan upaya efisiensi yang konsisten, maka utang bank perusahaan akan berkurang dan laba usaha akan bertambah baik.
Baca Juga: Harga Sawit Tingkat Petani Naik Jadi Rp1.500 Per Kg
Langkah strategis ini diharapkan dapat menunjang operational excellence, mencakup capex yang dibutuhkan untuk proses peremajaan mesin, kendaraan angkut dan alat-alat berat demi menunjang produktivitas.
Selain itu, pengelolaan operasional kebun dengan praktik agronomi terbaik dikombinasikan dengan penerapan sistem inovasi teknologi akan terus menghasilkan efektivitas serta penghematan biaya.
Henderi menambahkan, Perseroan tetap optimis kinerja industri sawit akan membaik, mengingat tingginya kebutuhan pasar ekspor ditambah permintaan minyak sawit untuk konsumsi energi.
Peningkatan kebutuhan minyak sawit juga turut didorong penerapan kebijakan pemerintah dengan program B30. Optimisme ini juga ditunjang dengan nilai aset tanaman yang memasuki usia prima dengan rata-rata berusia 11 tahun.
“Perseroan juga berkomitmen melanjutkan program keberlanjutan sesuai dengan road map yang telah ditetapkan. Sepanjang tahun 2020, Perseroan terus melanjutkan proses verifikasi data menuju penambahan perolehan sertifikat RSPO. Dengan adanya sertifikasi ini, Perseroan akan mendapatkan tambahan harga CPO premium,” tambah Henderi.
Baca Juga: Jalan Rusak-Berdebu Gegara Truk Sawit, Ratusan Warga Duri Gelar Unjuk Rasa
Lebih lanjut, Henderi menjelaskan bahwa melalui pengelolaan operasional yang lebih efisien dan peningkatan produksiserta didukung dengan harga CPO yang membaik, peningkatan curah hujan di tahun 2020, dan nilai aset tanaman yang memasuki usia prima, Perseroan optimis neraca keuangan akan membaik dan membidik pertumbuhan pendapatan sebesar double digit di tahun 2021.
Sebelum pelaksanaan Paparan Publik, Perseroan juga telah selesai menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada 12 Agustus 2021, antara lain memutuskan perubahan pengurus Perseroan dengan susunan Dewan Komisaris adalah Nicolaas B Tirtadinata sebagai Komisaris Utama, Deddy Setiadi sebagai Komisaris dan Yohanes Wahyu Saronto sebagai Komisaris Independen.
Adapun susunan Direksi yang baru adalah Ramesh Veloo sebagai Direktur Utama, Henderi Djunaidi, Andrew Haryono dan Yeoh Lean Khai sebagai Direktur. Perseroan juga mengumumkan pengangkatan Melanie Tantri sebagai Sekretaris Perusahaan menggantikan Satrija Budi Wibawa.