Suara.com - Konservasi alam dan lingkungan menjadi salah satu komitmen PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) atau Pupuk Kaltim untuk memberi manfaat sesuai misi Perusahaan, melalui pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem secara berkesinambungan.
Salah satu langkah nyata direalisasikan, PKT melalui reintroduksi 1.000 anggrek hitam, sebagai tanaman endemik Kalimantan yang terancam punah.
Hal ini berkaca pada kebakaran hebat di Taman Nasional Kutai (TNK) pada 2015, yang menghanguskan seluruh populasi anggrek hitam di area konservasi tersebut.
“Dengan metode kultur jaringan, PKT berhasil mengembangkan anggrek hitam untuk direintroduksi kembali ke TNK sebanyak 1.000 bibit sejak 2019, hingga saat ini anggrek hitam tersebut terus dimonitor pertumbuhannya,” ujar Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi ditulis Selasa (10/8/2021).
Baca Juga: Kawal Ketahanan Pangan, Pupuk Kaltim Buat Gebrakan Digital
Menurut Rahmad, reintroduksi dilakukan PKT agar populasi anggrek hitam terjaga, karena tanaman tersebut dikategorikan sebagai flora terancam punah yang dilindungi, serta dilarang diperdagangkan secara bebas kecuali hasil penangkaran, sesuai Peraturan Pemerintah nomor 7 Tahun 1999.
“PKT peduli terhadap kelangsungan hidup anggrek hitam agar populasinya tetap terjaga. Hal ini yang mendasari konservasi dan pengembangan kami lakukan melalui metode kultur jaringan di laboratorium Perusahaan,” terang Rahmad.
Sebagai mitra TNK dalam 26 tahun terakhir, PKT berkomitmen untuk terus mendukung pelestarian anggrek hitam, agar populasi dan pemulihan ekosistem tanaman endemik tersebut tetap terjaga dengan baik.
“Kepunahan anggrek hitam akan menjadi kerugian besar bagi keanekaragaman hayati di Indonesia. Inilah yang diantisipasi PKT melalui reintroduksi ke TNK,” tambah Rahmad.
Selain itu, PKT juga fokus pada program berbasis konservasi laut di perairan Bontang sejak 2009, berupa penurunan terumbu buatan dengan komitmen 500 unit per tahun.
Baca Juga: Pupuk Kaltim Salurkan Bantuan Traktor ke Petani di Sarmi Papua
Program ini melibatkan kelompok nelayan di sekitar Perusahaan, untuk proses pembuatan dan penurunan media terumbu. Pemberdayaan juga merupakan upaya PKT dalam menumbuhkan kesadaran nelayan akan pentingnya ekosistem perairan, sekaligus menekan aktivitas penangkapan ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan.
“Hingga kini PKT telah menurunkan 5.822 media terumbu di perairan Tobok Batang, sebagai area konservasi Perusahaan dengan luasan mencapai 20 hektare,” lanjut Rahmad.
Sejak pertengahan 2021, konservasi terumbu di Tobok Batang makin dikembangkan PKT melalui teknik tranplantasi, dengan memanfaatkan terumbu buatan yang telah diturunkan sebagai media tanam untuk penempelan bibit hasil pencangkokan.
Cara ini dinilai lebih maksimal dengan perkembangan bibit yang lebih cepat, dibanding terumbu buatan yang memanfaatkan bibit alami dari arus laut.
Nelayan binaan juga dibekali kemampuan melakukan metode transplantasi, agar terumbu buatan yang diturunkan PKT selama ini berkembang lebih maksimal.
“Perkembangan terumbu sejatinya tidak bisa instan, untuk itu kami lakukan metode transplantasi untuk mempercepat dengan hasil yang lebih baik,” lanjut Rahmad.
Sesuai tema “Bhavana Satya Alam Budaya Nusantara” pada peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2021, PKT memastikan untuk terus meningkatkan kontribusi serta komitmen di bidang konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan.
PKT senantiasa mensinergikan aspek lingkungan dalam aktivitas bisnis Perusahaan, sebagai dasar mengelola dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.
“PKT tak hanya berpikir profit dalam aktifitas bisnis, tapi juga peduli terhadap pelestarian alam dan lingkungan. Komitmen ini akan terus dipegang Perusahaan dengan berpartisipasi aktif dalam perbaikan ekosistem,” pungkas Rahmad.