Deklarasi Gotong Royong, Wujudkan Indonesia Pasti Menang Hadapi Covid-19

Kamis, 05 Agustus 2021 | 12:38 WIB
Deklarasi Gotong Royong, Wujudkan Indonesia Pasti Menang Hadapi Covid-19
Menaker, Ida Fauziyah. (Dok: Kemnaker)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Spirit kolaborasi antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja/buruh perlu secara terus menerus dikampanyekan dan digaungkan hingga tingkat daerah, untuk mengatasi tantangan ketenagakerjaan yang dilandasi semangat saling peduli, optimistis, dan bersama-sama bangkit dari dampak pandemi Covid-19.

Hal ini diwujudkan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah bersama stakehokders ketenagakerjaan se-Jawa Timur, dengan melakukan Deklarasi Gotong Royong.

"Yang paling penting, semua upaya ini tidak bisa dijalankan secara parsial, tapi harus dilakukan secara serentak, bersama-sama dengan melibatkan pengusaha dan pekerja sebagai tanggungjawab dan persoalan bersama," katanya.

Kemnaker bersama KADIN, APINDO, dan serikat pekerja/serikat buruh Jawa Timur melakukan Penandatanganan Komitmen Gotong Royong. Penandatanganan komitmen, di Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (5/8/2021).

Dalam sambutannya, Ida menyatakan, kunci utama menghadapi situasi pandemi Covid-19, harus memiliki percaya diri yang tinggi dan selalu optimistis. Selain itu, kreativitas dan inovasi harus terus dilakukan untuk dapat bangkit dari keterpurukan.

Ia menaruh harapan besar kepada dunia usaha dan serikat pekerja untuk bahu-membahu, aktif dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasioal, yang secara simultan mempercepat herd imunity pada seluruh rakyat Indonesia.

"Saya berharap, komitmen Gotong Royong ini dapat memenangkan Indonesia. Kita belum kalah, dan kita tidak akan kalah. Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh," kata Ida.

Ia menambahkan, selain pandemi Covid-19, terdapat juga tantangan disrupsi yang dihadapi masyarakat pekerja/buruh, dimana era otomasi yang datang lebih cepat, akibat tidak terbendungnya laju digitalisasi.

Menurutnya, tantangan disrupsi ini dihadapi pekerja/buruh di seluruh dunia. Masyarakat termarjinal, pekerja/buruh berpendidikan dan keterampilan rendah menjadi golongan yang paling terdampak. Mereka juga akan menjadi korban pertama digitalisasi otomasi.

Baca Juga: Kemnaker Bersinergi dengan IDI untuk Turunkan Risiko Nakes Terpapar Covid-19

"Indonesia dengan mayoritas angkatan kerja yang masih minim pendidikan dan keterampilan harus mengantisipasi tantangan ini," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI