Suara.com - Kepala Badan Siber dan Sandi Negera (BSSN) Hinsa Siburian mengingatkan tentang ancaman di ruang siber yang bisa merusak bangsa.
“Indonesia harus waspada dengan ancaman sosial di ruang siber, karena menargetkan langsung ke lapisan masyarakat, dengan tujuan mempengaruhi cara berfikir, menyingung sistem kepercayaan, merubah tingkah laku, opini dan lain sebagainya," kata Hinsa dalam acara webinar bertema ‘Security Insights in the Data Analytics Era’ yang digelar oleh Swiss German University (SGU) ditulis Jumat (23/7/2021).
Menurut Hinsa, ancanam ruang siber bergerak begitu massif, dan berbagai pihak harus saling bekerja sama guna menghadapi ancaman daring tersebut.
"Ancanam sosial di ranah daring itu bisa kita lihat dari kasus bagaimana isu pemilu bisa dipengaruhi dari ruang siber sehingga bisa mempengaruhi pemilih dengan sedemikian rupa,” kata Hinsa.
Baca Juga: Mengenal Candiru, Ancaman Siber Baru di Indonesia Dalam Pengawasan Kominfo
Hinsa menyebut, bentuk serangan siber tidak melulu berlangsung secara teknis, seperti Distributed Denial of Service (DDoS), phising, malware dan sebagainya, namun sudah menyentuh kedaulatan bangsa melalui misi ancaman siber berbalut sosial.
“Perhatian kita adalah informasi yang sudah mengarah pada keutuhan kedaulatan kita, Kenapa? Karena banyak informasi hoax bersifat kriminal yang bisa ditangani oleh pihak kepolisian, namun jika kita amati berpotensi memecah belah kedaulatan kita," ucapnya.
"Perlu kita sadari sekarang itu perang informasi sudah sama seperti perang konvensional lainya, namun alat utamanya bukan senjata melainkan informasi yang sengaja direkayasa, dikemas sedemikian rupa untuk kemudian disampaikan untuk tujuan memecah belah pusat kekuatan negara dalam konteks Indonesia maka Pancasila,” Hinsa menambahkan.
Perang informasi ini kini umum berjalan, dan menjadi fenomena perang konvensional, yang dimana selalu didahulukan oleh perang informasi.
“Jangan sampai kita sampai ke wilayah tersebut, indikasi Indonesia untuk ke arah sana tentu ada. Dua ancaman tersebut bisa kita lihat dari gerakan separatisme Papua, Tindakan terorisme yang ingin menganti Pancasila yang merupakan pusat kekuatan kita,” ungkap Hinsa.
Baca Juga: Bantah Retas Microsoft, China: Amerika Juara Serangan Siber