Produksi Blok Rokan Optimis Bisa Digenjot Lagi

Iwan Supriyatna Suara.Com
Kamis, 22 Juli 2021 | 19:35 WIB
Produksi Blok Rokan Optimis Bisa Digenjot Lagi
Diskusi dengan tema “Menjaga Keandalan Operasi Wilayah Rokan”.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Blok Rokan di Provinsi Riau telah menjadi tulang punggung produksi minyak nasional selama 70 tahun sejak berproduksi pertama kali pada 1951. SKK Migas dan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) yakin melalui usaha-usaha yang akan dilakukan setelah masa alih kelola, dapat mengantarkan produksi Blok Rokan meningkat.

Namun usaha ini akan sukses dengan dukungan semua pihak karena membutuhkan waktu dan usaha untuk pencapaiannya.

Demikian kesimpulan yang mengemuka pada diskusi “Menjaga Keandalan Operasi Wilayah Rokan” yang diselenggarakan secara virtual oleh Energy and Mining Editor Society (E2S) di Jakarta, Kamis (22/7/2021).

Tampil sebagai pembicara pada diskusi tersebut Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman, Direktur Utama PHR Jaffee Arizon Suardin, dan Sekjen Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Hadi Ismoyo.

Fatar Yani mengatakan, pandemi Covid-19 telah memukul seluruh industri. Terpukulnya industri hulu migas tidak separah beberapa industri lain sehingga momentum Hari Raya Idul Adha adalah saat pula industri hulu migas berkorban untuk negara.

“Kinerja hulu migas yang dapat dijaga, memberikan kontribusi yang besar pada penerimaan negara yang saat ini sangat membutuhkan pembiayaan dalam penanggulangan Covid-19,” kata Fatar Yani.

Menurut dia, blok migas yang berkontribuasi paling lama di Indonesia dan masih memiliki potensi yang menarik adalah Blok Rokan. Nasib blok tersebut telah ditentukan sejak 2018. Saat itu masih top producer sehingga proses transisi dimulai dalam waktu yang panjang.

“Maka transisi yang panjang ini dapat dilakukan secara seamless dan tidak ada kendala. Blok Rokan juga memiliki potensi cadangan dalam bentuk unkonvensional. Sumur yang paling banyak dioperasikan di Rokan, ada 10.000 sumur, yg beroperasi saat ini sekitar 8 ribuan,” ujarnya.

Menurut Fatar, strategi dalam pengelolaan blok Rokan pasca transisi untuk jangka pendek pada 2021 adalah mempertahankan produksi dan transisi yang sukses ke PHR, periode 2022-2025 adalah upaya peningkatan produksi dengan investasi yang signifikan termasuk telah berproduksinya Chemical EOR di Minas. Jangka panjang pada 2026 adalah produksi yang tinggi sesuai long term plan (LTP) PHR Rokan.

Baca Juga: Omnibus Law UU Cipta Kerja, Harapan untuk Perbaiki Iklim Investasi Migas

“Mengingat kontribuasi blok Rokan yang sangat besar tersebut, Pemerintah bersama SKK Migas telah memberikan perhatian ketika blok ini dalam proses peralihan dari kontraktor Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PHR. Untuk menjaga agar produksi blok Rokan tetap tinggi dan bisa dijaga secara optimal, telah ditandangani Head of Agreement (HOA) antara SKK Migas dan CPI pada 28 September 2020,” ujar Fatar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI