Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2021 masih mencetak surplus sebesar 1,32 miliar dolar AS.
Surplus ini didapat dari nilai ekspor yang sebesar 18,55 miliar dolar AS, sementara nilai impor mencapai 17,23 miliar dolar AS.
Meski begitu, surplus Juni ini lebih rendah dari bulan Mei 2021 yang mencapai 2,36 miliar dolar AS. Surplus neraca perdagangan pada bulan Juni didorong oleh ekspor Indonesia yang tetap kuat di sisi nonmigas dan migas.
Menanggapi hal tersebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan surplus ini perlu diapresiasi karena terjadi ditengah pandemi Covid-19.
Baca Juga: Sejumlah 500 Ribu Pekerja Jakarta Kena PHK Saat Pandemi, BPS: 250 Ribu Masih Nganggur
Meski begitu ada beberapa catatan khusus yang harus diperhatikan agar tren surplus ini tetap berlanjut.
"Performa Neraca Perdagangan yang cukup resilience di tengah pandemi tersebut perlu diapresiasi. Namun, untuk menjaga keberlanjutan surplus perdagangan ke depan, perlu terus dicermati beberapa faktor kunci,” kata Airlangga dalam keterangan persnya, di Jakarta, Jumat (16/7/2021).
Faktor kunci tersebut di antaranya, stabilitas pertumbuhan permintaan global khususnya pada pasar utama; peran dan fungsi perwakilan perdagangan (Perwadag) dalam mendorong peningkatan ekspor; dinamika perkembangan harga dan volume ekspor komoditas utama dan potensial; dan strategi pemerintah dalam menjaga keseimbangan pertumbuhan impor khususnya pada komponen impor konsumsi.
Asal tahu saja surplus Neraca Perdagangan telah dialami selama 14 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, termasuk pada Juni 2021 yang surplus 1,32 miliar dolar AS.
Secara historis, surplus pada 2020 bahkan mencapai rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir dengan mencatatkan nilai sebesar 21,62 miliar dolar AS. Lebih jauh, angka ini juga telah mendekati rata-rata performa surplus pada peak periode 2001-2011 dengan nilai sebesar 26,16 miliar dolar AS, sebelum akhirnya Indonesia lebih sering defisit sejak 2012.
Baca Juga: Sah-sah Saja Anak Menko Airlangga Honeymoon ke Jepang saat PPKM Darurat, Tapi...
Surplus tersebut khususnya ditopang oleh beberapa komoditas nonmigas andalan Indonesia yaitu lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).
Namun, surplus neraca perdagangan ditekan oleh beberapa komoditas yang mengalami defisit, utamanya berasal dari reaktor nuklir, ketel, mesin dan peralatan mekanis (HS 84), mesin dan perlengkapan elektris serta bagiannya (HS 85), serta plastik dan barang dari padanya (HS 39).