Suara.com - Harga emas dunia menguat di atas 1.800 dolar AS per ounce karena imbal hasil obligasi AS yang terus melemah.
Mengutip CNBC, Kamis (8/7/2021) harga emas di pasar spot memperpanjang kenaikan setelah rilis risalah itu dengan meningkat 0,4 persen menjadi 1.804,16 dolar AS per ounce, sehingga mencapai level tertinggi sejak 17 Juni di 1.814,78 dolar AS per ounce.
Sedangkan emas berjangka patokan Amerika Serikat ditutup menguat 0,4 persen lebih tinggi menjadi 1.802,10 dolar AS per ounce.
Emas memperpanjang kenaikan di atas 1.800 dolar AS per Ounce.
Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Jadi Rp 939.000 per Gram di Masa PPKM Darurat
"Karena risalah tersebut secara luas sejalan dengan ekspektasi pasar, ketimbang menghadirkan kejutan hawkish tambahan," kata Suki Cooper, analis Standard Chartered.
"Ambang batas untuk tapering belum terpenuhi dan kenaikan inflasi sebagian besar mencerminkan faktor sementara, dan pelemahan yang dihasilkan dalam imbal hasil berkontribusi pada penguatan emas," ujar Cooper.
Bulan lalu, pejabat The Fed merasa kemajuan substansial lebih lanjut pada pemulihan ekonomi secara umum terlihat belum terpenuhi, meski para peserta memperkirakan progres akan berlanjut.
Kemiringan hawkish yang mengejutkan oleh The Fed bulan lalu menyebabkan emas merosot 7 persen pada periode Juni.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury 10-tahun mencapai level terendah dalam lebih dari empat bulan.
Baca Juga: Dolar AS Menguat Lagi, Harga Emas Dunia Ambles
Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga Amerika, yang meningkatkan opportunity cost memegang logam kuning yang tidak memberikan bunga.
"Meningkatnya ketidakpastian seputar kebijakan moneter, inflasi, dan kenaikan risiko volatilitas pasar ekuitas akan mendukung permintaan emas safe-haven," kata analis ANZ.
Logam lainnya, perak stabil di kisaran 26,14 dolar AS per ounce, platinum turun 0,5 persen menjadi 1.086,32 dolar AS per ounce, sementara paladium melambung 2,6 persen menjadi 2.865,27 dolar AS per ounce.