Industri Produk Tembakau Alternatif Butuh Kajian Ilmiah

Iwan Supriyatna Suara.Com
Senin, 05 Juli 2021 | 07:21 WIB
Industri Produk Tembakau Alternatif Butuh Kajian Ilmiah
Ilustrasi vape.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Industri produk tembakau alternatif membutuhkan kajian ilmiah yang menyeluruh yang mengenai produk Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL), seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, snus dan kantung nikotin.

Hasil dari kajian ilmiah tersebut dapat dijadikan landasan untuk membuktikan bahwa produk HPTL memilki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok sehingga dapat dijadikan solusi untuk menekan prevalensi merokok.

Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Ariyo Bimmo mengatakan kajian ilmiah memiliki peran penting untuk kehadiran dan penerimaan produk HPTL di masyakarat.

"Dengan adanya hasil kajian ilmiah, para pembuat kebijakan diharapkan dapat merumuskan regulasi yang sesuai dengan profil risiko dan karakterisktik dari produk HPTL, bukan berdasarkan asumsi,” kata Bimmo ditulis Senin (5/7/2021).

Baca Juga: Kesal Jadi Perokok Pasif, Wanita Ini Bikin Catatan Setiap Kali Tetangga Merokok

Peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliya, sependapat dengan Bimmo. Menurutnya, industri produk tembakau alternatif perlu mendorong kajian ilmiah yang masif.

Sebab, sampai saat ini, masih banyak persepsi di publik bahwa produk tembakau alternatif bukanlah solusi bagi perokok dewasa untuk beralih dari produk yang berisiko tersebut. Produk ini bahkan dianggap lebih berbahaya dari rokok.

"Memang sebaiknya dilakukan kajian sebanyak-banyaknya untuk melihat dampak dari penggunaan produk ini, apakah betul sesuai dengan tujuan utamanya yaitu untuk para perokok dewasa yang tidak dapat berhenti merokok. Daripada terus menggunakan merokok, lebih baik beralih ke produk yang risikonya rendah," kata Amaliya.

Amaliya melanjutkan kajian terhadap produk tembakau alternatif sudah banyak dilakukan di luar negeri. Kajiannya meliputi aspek sosial budaya, persepsi karakteristik dan kondisi kesehatan pengguna.

“Tapi memang masih sangat terbatas di Indonesia tentang penelitian produk tembakau alternatif ini,” katanya.

Baca Juga: Warga Terus Merokok, Meski Ekonomi Sulit di Tengah Pandemi Covid-19

Berdasarkan sejumlah kajian di dalam dan luar negeri telah membuktikan bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok.

Oleh karena itu, Amaliya menilai produk ini dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah rokok.

“Dalam menanggulangi epidemi merokok ini ternyata tidak bisa dengan dua opsi, berhenti atau mati. Untuk menanggulangi adiksi ini, dari beberapa konsep tidak bisa langsung menghapuskan sampai nol,” ungkapnya.

Amaliya juga mendukung pemerintah menyiapkan regulasi khusus berbasis kajian ilmiah bagi produk tembakau alternatif. Tujuannya agar produk ini tidak disalahgunakan.

“Jadi produk ini hanya ditujukan bagi perokok yang tidak dapat berhenti merokok. Kalau yang mau berhenti dan bisa, ya langsung saja, itu lebih baik. Tapi kalau tidak bisa, daripada diteruskan merokok, lebih baik beralih ke produk tembakau alternatif,” tutup Amaliya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI