Bahana TCW: Percepatan Vaksinasi Menjadi Katalis Positif Bagi Kinerja Pasar Domestik

Iwan Supriyatna Suara.Com
Jum'at, 02 Juli 2021 | 14:54 WIB
Bahana TCW: Percepatan Vaksinasi Menjadi Katalis Positif Bagi Kinerja Pasar Domestik
Vaksinasi (Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lonjakan kasus COVID-19 yang telah mencatatkan rekor baru akan memberikan dampak kepada perekonomian dan kepercayaan pasar di Indonesia. Meski demikian PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) memprediksikan dampak lonjakan kasus Covid 19 tidak akan berefek sedalam lonjakan pertama saat awal-awal pandemi.

Merujuk pada data Satgas Penanganan COVID-19, ada tambahan 20.467 kasus baru virus corona di Indonesia. Tambahan ini mengantarkan total kasus di negara kita menjadi 2.156.465, tertinggi di Asia Tenggara.

“Selain secara fundamental perekonomian kita masih bagus, pelaku pasar telah banyak belajar dari kejadian lonjakan kasus Covid 19 sebelumnya. Selain itu, percepatan vaksinasi terhadap masyarakat Indonesia yang saat ini sedang didorong pemerintah, dipersepsikan sebagai sentimen positif oleh pelaku pasar,” kata Chief Economist Bahana TCW Budi Hikmat ditulis Jumat (2/7/2021).

Sebagai gambaran, rencana pemerintah dalam melakukan percepatan vaksinasi di Indonesia telah berada dalam jalur yang baik. Hingga akhir Juni 2021, pemerintah telah berhasil mencapai 42 juta vaksinasi Covid 19.

Baca Juga: Ibu Hamil dan Anak di Lampung akan Divaksin COVID-19

Diversifikasi vaksin dari berbagai produsen untuk mempercepat vaksinasi juga telah dilakukan. Terbaru Pemerintah telah mendatangkan 14 juta dosis baru vaksin Sinovac, yang akan dilanjutkan dengan kedatangan vaksin gratis Covax/GAVI, AstraZaneca dan Pfizer yang akan mulai masuk Agustus yang akan datang.

Langkah diversifikasi vaksin ini dipandang akan mampu meredam lonjakan kasus akibat varian Delta (B.1.617.2) yang memiliki tingkat penyebaran lebih tinggi dibanding varian sebelumnya dan telah dilaporkan ada 160 kasus varian Delta di Indonesia.

Pemerintah telah menetapkan target vaksinasi yang akan dilakukan, dimana di Juli ditargetkan 34 juta dosis, Agustus 43,7 juta dosis, kemudian September 53 juta dosis, Oktober 84 juta dosis, November 80,9 juta dosis dan Desember 71,7 juta dosis.

Dengan didukung kecukupan pasokan vaksin, diperkirakan pada akhir tahun akan ada 181,5 juta orang yang telah divaksin.

Budi Hikmat menambahkan, kecukupan pasokan vaksin dari berbagai negara produsen dipercaya akan terjaga, karena negara-negara produsen utama vaksin telah mencapai vaksinasi yang tinggi, seperti Amerika Serikat yang telah mencapai 54%, Inggris telah mencapai 65%, dan India sudah di 20% sehingga kedatangan vaksin dari berbagai negara-negara produsen utama vaksin hingga akhir tahun akan terjaga dan dapat memenuhi kebutuhan dosis vaksin di Indonesia.

Baca Juga: Warga Gowa dan Makassar Antusias Ikut Vaksinasi Drive Thru

“Jika rencana kedatangan vaksin ini berjalan sesuai rencana, kami memperkirakan 70% masyarakat Indonesia akan mendapatkan vaksin (sesuai acuan WHO). Jika dirata-rata, ada 821 ribu dosis vaksin yang diberikan pemerintah hingga hari ini. Namun, dengan dukungan pasokan vaksin, pemerintah telah berkomitmen untuk meningkatkan pace vaksinasi hingga 1,2 juta dosis vaksin per hari, bahkan di Agustus 2021 pemerintah menargetkan 2 juta dosis vaksin per hari, ditambah kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta untuk melakukan vaksinasi menjadi angin segar bagi penanganan Covid 19. Jika pace vaksinasi ini dapat terjaga, maka pada Maret 2022, Indonesia akan mencapai herd immunity,” ujar Budi Hikmat.

Selain itu, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang akan berlaku pada 3 Jui 2021 hingga 20 Juli 2021 Bahana TCW memprediksi akan berdampak terbatas terhadap perekonomian dan pasar saham.

Sektor jasa dan ritel akan menjadi sektor yang paling terdampak PPKM tersebut, namun, investor telah banyak belajar dari pembatasan sosial sebelumnya dengan mempertimbangkan sektor lain yang akan membawa return yang baik selama PPKM seperti energi, teknologi, dan lain-lain. Investor akan lebih merespon PPKM ini dengan mengubah strategi investasi.

“Penurunan ekonomi dan kinerja pasar akibat lonjakan kasus yang tinggi akan dipersepsikan cukup positif oleh pelaku pasar. Gangguan di aktivitas ekonomi kemungkinan hanya akan terjadi selama dua bulan, selebih dari itu, kondisi akan membaik sejalan dengan vaksinasi yang terus meningkat. Sehingga dampaknya tidak akan siginifikan terhadap prospek ekonomi Indonesia secara umum,” tutup Budi Hikmat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI