Suara.com - Pasar modal Indonesia berhasil menjawab tantangan pandemi Covid-19 berkat digitalisasi. Hal tersebut disampaikannya Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi saat webinar 'Mid-Year Investment Outlook 2021' bertajuk Exploring The Next Market Mover yang diselenggarakan MNC Sekuritas.
Indeks yang sempat terkoreksi dalam pada 24 Maret 2020 hingga di bawah 4.000, lanjut Inarno, kini telah kembali pada level sebelumnya, mencapai 6.000 per akhir Desember 2020. Pada akhir Juni 2021, IHSG ditutup di 5.985.
"Alhamdulillah sudah kembali pulih, hampir seperti sebelum Covid-19. Jadi, masih menjadi alternatif sumber pendanaan serta wadah investasi yang baik bagi investor," ujar Inarno ditulis Jumat (2/7/2021).
Adapun, Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp 13,4 triliun. Naik 46 persen dibanding awal tahun 2020 yang sebesar Rp 9,21 triliun.
Baca Juga: PPKM Darurat Berlaku, Mulai Hari Ini BEI Ubah Jam Perdagangan Bursa
"Selain itu, terdapat lonjakan frekuensi mencapai rata-rata sekitar 1,3 juta transaksi per hari. Ini merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN dalam 3 tahun terakhir," kata Inarno.
Diikuti dengan lonjakan volume perdagangan yang mencapai lebih dari 18 milliar saham per hari.
"Lompatan transaksi ini merupakan hal yang luar biasa," ucapnya.
Hal tersebut, kata Inarno, tidak lepas dari pertumbuhan investor di pasar modal. Jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 5,37 juta per akhir Mei 2021. Naik 38 persen dibandingkan akhir 2020.
Jumlah investor yang aktif bertransaksi hingga akhir Mei mencapai 203.000 investor per hari. Atau tumbuh 113 persen dari rata-rata tahun sebelumnya.
Baca Juga: Situasi Pandemi, Adira Finance Maksimalkan Digitalisasi
Dominasi investor domestik, khususnya investor retail terus berlanjut di 2021.
"Sampai sekarang dominasi investor retail semakin terlihat dengan porsi hampir mencapai 60% per akhir Mei 2021," terangnya.
Pada 2020 lalu, lanjut Inarno, merupakan tahun kebangkitan investor domestik, terutama investor retail. Investor retail membukukan aktivitas transaksi yang besar yakni 48,4%.
BEI sendiri hingga Mei telah melakukan sosialisasi dan edukasi mencapai 3.550 kegiatan dengan jumlah peserta mencapai 365 ribu orang. Sekitar 97 persen dilakukan secara daring.
"Teknologi ini memudahkan kita untuk melakukan sosialisasi dan edukasi. Kami juga melakukan inovasi edukasi digital," katanya.
Sementara, Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan saat ini terjadi pergeseran yang sangat luar biasa dalam arti positif, dalam segala perspektif.
Baik dari peningkatan nilai transaksi, peningkatan saham yang ditransaksikan, dan yang tidak kalah pentingnya, peningkatan basis investor lokal dan khususnya retail.
"Ini bagus sekali. Kalau pasar modal ditunjang lebih kuat dari domestik investornya, itu artinya pasar modal yang sehat," tuturnya.
Sejak beberapa tahun terakhir, kata Hary, banyak perubahan terjadi. Pertama, karena globalisasi. Globalisasi memaksa kompetisi makin intens. Kedua, karena digitalisasi.
Saat ini, banyak perusahaan-perusahaan bergerak, migrasi atau ekspansi ke digital. Kondisi pandemi membuat transformasi digital terjadi lebih cepat.
"Covid justru akan membuat digital business dalam segala sektor itu makin meningkat, karena interaksi fisik sangat riskan dalam situasi Covid sekarang ini," ungkapnya.