Tak Tumbang di Tengah Pandemi, Bisnis Waralaba Makanan Rakyat Ini Terus Tumbuh

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Sabtu, 26 Juni 2021 | 15:36 WIB
Tak Tumbang di Tengah Pandemi, Bisnis Waralaba Makanan Rakyat Ini Terus Tumbuh
Crispyku Fried Chicken. (Dok. Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Selain karena jumlah investasinya yang tak terlalu besar, potensi pasar di Indonesia yang sangat gemar menyantap fried chicken menjadi pertimbangan utama memilih bisnis satu ini.

Crispyku Fried Chicken. (Dok. Istimewa)
Crispyku Fried Chicken. (Dok. Istimewa)

"Karena fried chicken itu makanan rakyat. Masyarakat Indonesia itu sangat suka ayam goreng. Jadi tak heran kalau di mana pun kita buka pasti banyak pembelinya," ujar pria yang terbiasa berbagi inspirasi melalui channel YouTube Crispyku Fried Chicken tersebut.

Misalnya belum lama ini ia menyebut mitra yang grand opening di Pandeglang bisa habis 45 ekor ayam dalam satu hari. Kemudian juga mitra yang grand opening di Jembatan Besi, Jakarta bisa habis 25 ekor ayam satu hari.

Hal senada pun diungkap oleh Pinkan, mantan karyawati yang kini memilih menjalani bisnis fried chicken di Kayuringin, Bekasi. "Makanan yang enggak ngebosenin itu ayam. Ayam goreng juga jenis makanan yang dicari karena kebutuhan, bukan karena tren. Apalagi sekarang olahan ayam goreng makin banyak variannya. Ada geprek, sambal matah, penyet, dan lainnya. Jadi karena kebutuhan pokok orang-orang, makanya saya pilih bisnis ayam goreng," terangnya.

Lebih lanjut, Alex pun mendorong masyarakat Indonesia agar lebih aktif mengalokasikan dana yang dipunya untuk berinvestasi di sektor bisnis waralaba kuliner. Apalagi konsep bisnis waralaba sangat mudah dijalankan mengingat franchisee tak perlu mempersiapkan apa pun selain tempat usaha. Karena mulai dari bahan baku, SOP, hingga materi promosi sudah dipersiapkan oleh franchisor.

Alexander Theo, Owner Crispyku Fried Chicken. (Dok. Istimewa)
Alexander Theo, Owner Crispyku Fried Chicken. (Dok. Istimewa)

Namun ia juga menekankan agar masyarakat bisa lebih selektif dalam memilih. Karena tak jarang ada merek yang baru berdiri kurang dari lima tahun dan belum terbukti sustainable tapi sudah berani menawarkan kemitraan atau waralaba.

Alex menyarankan setidaknya ada beberapa kriteria yang dapat dilihat saat akan mengambil bisnis waralaba. Pertama bisa dilihat dari lama tahun berdiri dan jumlah mitra yang dipunya, lalu besaran nilai investasi dan apa saja fasilitas maupun support yang didapat dari franchisor, dan yang pasti sudah terbukti sustainable. Berbagai informasi tersebut bisa didapat oleh masyarakat melalui media maupun situs-situs resmi merek waralaba,seperti situs crispyku.com.

"Jadi tak perlu khawatir. Masyarakat tetap bisa mengalokasikan dana untuk diinvestasikan ke bisnis waralaba dengan aman asalkan memperhatikan hal-hal tersebut. Jadi dana tetap harus dialokasikan untuk investasi, bisa emas, saham, atau bisnis. Tapi yang paling menguntungkan tentu bisnis waralaba, karena bisnis ini punya perputaran cash flow yang jelas, mendapat dukungan pemerintah karena bisa membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, dan sebenarnya bisnis bisa juga diwariskan ke anak-cucu kita," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI