IPCIC Jadi Salah Satu Solusi Pengelolaan Sampah Plastik di Indonesia

Iwan Supriyatna Suara.Com
Sabtu, 26 Juni 2021 | 10:00 WIB
IPCIC Jadi Salah Satu Solusi Pengelolaan Sampah Plastik di Indonesia
Ilustrasi Sampah Plastik.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Untuk mencari solusi yang tepat, The National Plastic Action Partnership (NPAP) Indonesia bekerjasama dengan UpLink by the World Economic Forum dan the Ocean Plastic Prevention Accelerator (OPPA) meluncurkan the Informal Plastic Collection Innovation Challenge.

Setelah melalui berbagai tahap penyaringan yang cukup panjang, akhirnya tim IPCIC berhasil memilih 12 inovator terbaik menuju babak lanjutan kompetisi Informal Plastic Collection Innovation Challenge (IPCIC).

Sebanyak 78 inovator di bidang pengelolaan sampah telah mengirimkan solusinya melalui situs UpLink sejak 23 Maret 2021 hingga 9 Mei 2021 lalu.

Proses penjurian dan seleksi dilaksanakan berdasarkan relevansi tema, urgensi, dampak sosial-ekonomi serta potensi pengembangannya menuju skala lebih besar di Indonesia.

Baca Juga: Berkat Bank Sampah, Lebih dari 16 Ribu Ton Sampah Berhasil Diolah

OPPA dan the World Economic Forum sangat mengapresiasi seluruh inovator yang telah berusaha mengajukan solusinya.

“24 pakar terkait sektor persampahan Indonesia terlibat dalam proses seleksi. Semua ahli dengan hati-hati meninjau semua kiriman di UpLink dan mewawancarai inovator terpilih. Sungguh luar biasa melihat komitmen para ahli untuk menemukan solusi yang tepat untuk menjawab tantangan pengelolaan sampah di Indonesia,” kata Project Manager OPPA, Duala Oktoriani dalam keterangannya, Sabtu (26/6/2021).

Adapun 12 inovator terpilih antara lain:

  1. Duitin
  2. Empower
  3. Griya Luhu
  4. Kabadiwalla Connect
  5. NEPRA
  6. Octopus
  7. Plastic Bank
  8. Rekosistem
  9. Second Life Ocean
  10. Seven Clean Seas
  11. The Kabadiwalla
  12. ZeWS -Trashcon

Bersama Ciptakan Ekosistem Kolaboratif

Data dari the National Plastic Action Partnership (NPAP) menyebutkan 70% sampah plastik nasional, diperkirakan sejumlah 4,8 juta ton per tahun tidak terkelola dengan baik, seperti dibakar di ruang terbuka (48%), tak dikelola layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%) dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9%).

Baca Juga: Sekolah Dibangun Dengan Batu Bata Terbuat dari Limbah Plastik

Angka ini diprediksi bertambah mengingat jumlah produksi sampah plastik di Indonesia menunjukkan tren meningkat 5% tiap tahun.

Melihat kenyataan tersebut, peningkatan peran pekerja sektor informal dalam ekosistem pengelolaan sampah nasional sangat penting.

Untuk pengelolaan sampah plastik saja misalnya, data NPAP mengatakan sektor ini mengumpulkan lebih dari 1 juta ton sampah plastik, dengan sekitar 500.000 ton sampah plastik (atau 7% dari total sampah plastik nasional) didapatkan langsung dari daerah pemukiman dan 560.000 ton plastik dari lokasi transit dan tempat pembuangan akhir.

Oleh karena itu, penyelesaian masalah plastik di Indonesia mau tidak mau harus melibatkan sektor informal.

Untuk memaksimalkan kontribusi pekerja informal terhadap pengurangan polusi plastik, Rencana Aksi Multi-Stakeholder NPAP mengusulkan untuk mengintegrasikan dan mendukung pekerja informal dalam sistem pengelolaan sampah dan daur ulang, memastikan kondisi kerja dan upah layak , lingkungan kerja yang aman dan bermartabat, serta merancang sistem pengelolaan sampah yang melibatkan sektor informal dalam kegiatan pengumpulan dan pemilahan.

Perbaikan ini hanya mungkin terjadi jika para pemangku kepentingan berkolaborasi dan menghubungkan kegiatan mereka. IPCIC bertujuan untuk memungkinkan perkembangan ini dengan memfasilitasi pembentukan kemitraan dan konektivitas di seluruh sektor pengelolaan sampah.

Program Lanjutan Untuk Inovator Terpilih

Para peserta yang terpilih akan diberikan dukungan lanjutan melalui program akselerator selama tiga bulan untuk meningkatkan kualitas solusi, mempersiapkan mereka memasuki pasar Indonesia, serta menghubungkan mereka ke calon partner dan investor.

Program akan dibuka dengan serangkaian kegiatan onboarding dan Kick Off Summit. Dalam kegiatan ini, para peserta akan dipertemukan dengan para mentor dan stakeholder terkait, serta mendapatkan sesi pengetahuan mengenai sistem penanganan sampah di Indonesia khususnya dalam kaitannya dengan sektor informal.

Inovator terpilih juga akan menetapkan prioritas selama tiga bulan ke depan berdasarkan masukan dari berbagai stakeholder dalam sesi impact rotation dan baseline assessment. Selain itu kami berharap melalui serangkaian kegiatan ini, peserta terbiasa dengan pola pikir kolaboratif dan terbuka.

Para peserta terpilih juga akan mendapatkan akses jaringan pemangku kepentingan utama, para pakar di sektor persampahan, dan jaringan investor. Hal ini akan diwujudkan oleh OPPA dalam kapasitasnya sebagai pembangun ekosistem inovasi sosial, dengan dukungan The Incubation Network (TIN) - inisiatif regional antara SecondMuse, The Circulate Initiative (TCI), the Alliance to End Plastic Waste (AEPW), dan Global Affairs Canada (GAC) (GAC).

Di akhir program IPCIC, penyelenggara akan mengadakan acara puncak berupa showcasing, sesi berjejaring dengan berbagai pemangku kepentingan. Tim IPCIC mengucapkan terima kasih kepada Suntory karena telah memberikan dana hibah kepada peserta yang akan dipilih pada akhir program.

“Kami sangat percaya bahwa menyelesaikan masalah pengelolaan sampah plastik di Indonesia bukanlah upaya jangka pendek. Inilah mengapa kami sangat berkomitmen untuk memberikan dukungan kepada inovator dan mitra lokal mereka tidak hanya selama IPCIC tetapi juga setelah IPCIC. Kami di sini selama yang diperlukan untuk menemukan dan mendukung solusi yang tepat dan pintu kami selalu terbuka untuk kemitraan baru,” kata Klaus Oberbauer, Manajer Program di OPPA.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI