Suara.com - Industri halal Indonesia diyakini akan mampu menjadi triger atau pemicu dalam pemulihan ekonomi nasional di masa pademi Covid-19. Pasalnya, banyak potensi yang bisa digarap dari industri halal.
Deputi Direktur Departemen Ekonomi & Keuangan Syariah Bank Indonesia, Diana Yumanita menjelaskan, saat ini posisi Indonesia sudah masuk pemain kelas atas di global.
Berdasarkan State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021 Indonesia berada pada 10 peringkat teratas sektor Halal Food, Islamic Finance, Muslim Friendly Travel, Modest Fashion, Pharma Cosmetics, Media & Recreation.
"Pangsa pasar Industri Halal nasional terhadap global menunjukkan Indonesia merupakan leader terutama pada industri makanan halal yang pangsanya mencapai 13 persen total konsumsi makanan halal dunia," ujar Diana dalam Webinar Forwada bertajuk Industri Halal Jadi Trigger Pemulihan Ekonomi Nasional yang ditulis, Jumat (25/6/2021).
Baca Juga: Penggunaan Anggaran PEN 2020 Banyak Masalah, BPK Ungkap Daftarnya
Dia menuturkan, peluang dalam industri halal cukup besar, diantaranya besarnya potensi industri halal dan besarnya potensi keuangan syariah global itu sendiri.
"Sementara tantangan yang dihadapi juga tidak ringan seperti begitu cepatnya penetrasi produk halal dari negara mayoritas non muslim, dan sudah lebih majunya instrumen keuangan syariah di negara lain," jelas Diana.
Dia menambahkan, meski terdampak pademi Covid-19, Jika diwakili oleh sektor prioritas dalam Halal Value Chains(HVC), kinerja ekonomi syariah Indonesia secara umum lebih baik dibandingkan PDB nasional. Ekonomi syariah Indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar-1,72 persen lebih baik dibandingkan tingkat kontraksi PDB nasional.
Senada dengan Diana, Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM, Eddy Satriya, mengatakan bahwa Potensi UMKM Berbasis Halal sangat besar, diantaranya, pertama, meningkatnya populasi muslim dunia & Jumlah penduduk muslim Indonesia mencapai 229 juta jiwa (87,2 persen) dari total penduduk 273,5 juta jiwa (World Population Review, 2020).
Kedua, kontribusi PDB ekonomi halal nasional yang mencapai 3,8 miliar dolar AS per tahun (engine of global halal economy). Ketiga, pengembangan pasar global untuk produk halal dan keemoat jumlah pelaku UMKM dan ruang lingkup aktivitasnya sangat terkait dengan industri halal.
Baca Juga: Lanjut Batch ke-2, BRI Jaring 350 Desa di Program Desa BRILiaN
Hanya saja, Indonesia harus menghadapi tantangan yang tidak mudah antara lain; belum masuknya Indonesia dalam 10 besar untuk produk makanan halal, media & rekreasi, serta farmasi & kosmetika. Kedua, Indonesia masih menjadi pasar produk halal dunia, karenanya kinerja ekspor produk halal perlu ditingkatkan.
Keempat, lanjutnya, penguatan rantai nilai industri halal perlu terus dilakukan secara berkesinambungan, seperti industri makanan dan minuman halal, pariwisata halal, fashion muslim, dan farmasi atau kosmetik halal.
Dan Kelima adalah eliminasi permasalahan yang dihadapi UMKM untuk dapat mengoptimalisasi peran UMKM dalam industry halal.
"Karena saat ini UMKM kita masih menghadapi kendala seperti proses produksi belum standar, permodalan, pasar, teknologi, informasi kurang, dll," pungkas Eddy.