Suara.com - Harga minyak mentah dunia anjlok hampir 2 persen karena dolar AS menguat setelah Federal Reserve mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga secepatnya di 2023.
Mengutip CNBC, Jumat (18/6/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot 1,31 dolar AS atau 1,8 persen menjadi 73,08 dolar AS per barel.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, menyusut 1,11 dolar AS atau 1,5 persen menjadi menetap di 71,04 dolar AS per barel.
Rabu, Brent menetap di level tertinggi sejak April 2019 dan WTI di tingkat tertinggi sejak Oktober 2018. Meski kejatuhan Kamis adalah persentase penurunan harian terbesar sejak Mei, kedua tolok ukur tersebut masih menguat lebih dari 40 persen sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Melonjak, Harga Minyak Dunia Hampir 75 Dolar AS Per Barel
Indeks Dolar AS (Indeks DXY) menguat ke level tertinggi sejak pertengahan April terhadap sekeranjang mata uang lainnya setelah The Fed mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga pada laju yang jauh lebih cepat dari ekspektasi.
Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal dalam mata uang lain, yang dapat mengurangi permintaan.
Inggris melaporkan kenaikan harian terbesar dalam kasus baru Covid-19 sejak 19 Februari menurut angka pemerintah yang menunjukkan 11.007 infeksi baru, melesat dari 9.055 sehari sebelumnya.
"Lonjakan kasus Covid di Inggris ini meski vaksinasi yang cepat, akan meningkatkan banyak alarm tentang seberapa cepat seluruh Eropa akan dibuka kembali," kata Edward Moya, analis OANDA.
Sementara perundingan tidak langsung antara Teheran dan Washington tentang menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 mendekati kesepakatan, tetapi sejumlah masalah penting tetap harus dinegosiasikan, kata juru runding Iran.
Baca Juga: Permintaan Pulih, Harga Minyak Naik 2 Persen