Sri Mulyani Ingatkan Ada Ancaman Kredit Macet di Depan Mata

Senin, 14 Juni 2021 | 18:01 WIB
Sri Mulyani Ingatkan Ada Ancaman Kredit Macet di Depan Mata
Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (14/6/2021). [Suara.com/Muhammad Fadil Djailani]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada potensi kredit macet di depan mata yang bakal dirasakan kelompok industri tertentu akibat pandemi Covid-19.

Dia juga menyebut, setidaknya industri perdagangan, konstruksi, transportasi dan jasa merupakan kelompok yang paling rentan menghadapi potensi kredit macet tersebut.

Tak hanya itu, dia pun menjelaskan bahwa kelompok tersebut mengalami kontraksi penjualan paling dalam, jauh di bawah industri lainnya.

"Kelompok slow starter yakni perdagangan, konstruksi, transportasi dan jasa-jasa, ini kelompok mengalami knock down effect yang sangat dalam karena Covid, korelasinya negatif," kata Sri saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (14/6/2021).

Baca Juga: Sri Mulyani Optimistis Ekonomi Kuartal II 8 Persen, Tapi...

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebut, perlambatan pemulihan yang tidak sebaik dengan kelompok industri lainnya membuat laju kurva untuk industri ini menjadi tidak simetris.

"Ketika Covid-19  naik, mereka turun. Ketika Covid-19 turun, mereka pulih tapi slow. Nah, ini jadinya tidak simetris," paparnya.

Sementara sektor ekonomi yang menjadi growth driver, kata Sri Mulyani berasal dari sektor manufaktur.

Meskipun terpukul, tapi sektor tersebut saat ini sudah mulai tumbuh. Return of assetnya pun sudah mulai pulih, tercemin pada Kuartal IV-2021 sudah mulai menyentuh 3,67 persen.

Walau begitu, profitabilitas baik kelompok slow starter dan growth driver masih sangat rendah, hal inilah yang membuatnya sedikit khawatir akan adanya potensi kredit macet di depan.

Baca Juga: Dalih Tarif Pajak RI Termurah, Jadi Alasan PPN Mau Dikerek Naik

"Kemampuan membayar kelompok resilience berada di atas threshold 1,5 sementara kelompok slow starter dan growth driver di bawah threshold atau rendah," ucapnya.

Hal itu, lanjut Sri Mulyani akan membuat interest coverage ratio (ICR) atau kemampuan membayar, baik itu bagi kelompok slow starter dan growth driver perlu diintervensi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Ini persoalan di OJK, untuk memberikan pinjaman. Untuk sektor yang semakin terpukul makin tidak mau (bayar), ini kita perlu intervensi," katanya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI