Suara.com - Harga minyak melesat ke level tertingginya, kenaikan ini terjadi di tengah optimisme permintaan yang kuat setelah klaim pengangguran terbaru di Amerika turun ke tingkat terendah sejak gelombang pertama Covid-19 tahun lalu.
Mengutip CNBC, Jumat (11/6/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 30 sen, atau 0,4 persen menjadi 72,52 dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, meningkat 33 sen, atau 0,5 persen menjadi 70,29 dolar AS per barel.
Itu adalah penutupan tertinggi untuk Brent sejak Mei 2019, dan WTI sejak Oktober 2018.
Jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran merosot pekan lalu ke level terendah dalam hampir 15 bulan, sementara indeks harga konsumen meningkat pada periode Mei karena cengkeraman pandemi terhadap ekonomi terus mereda.
Baca Juga: Stok Berlimpah, Harga Minyak Dunia Relatif Stabil
"Data pengangguran dan tenaga kerja baru-baru ini yang dipublikasikan di (Amerika Serikat) adalah tanda yang positif bahwa pemulihan di negara itu semakin cepat," ujar Louise Dickson, analis Rystad Energy.
Sementara itu, pasar mengesampingkan kejatuhan singkat setelah laporan media menyebutkan Amerika Serikat mencabut sanksi terhadap pejabat minyak Iran.
Departemen Keuangan AS kemudian mengatakan telah menghapus sanksi terhadap tiga mantan pejabat Iran dan dua perusahaan yang sebelumnya terlibat dalam perdagangan produk petrokimia Iran.
Organisasi Negara Eksportir Minyak mengatakan permintaan minyak akan naik 6,6 persen, atau 5,95 juta barel per hari (bph), tahun ini. Perkiraan bulanan itu tidak berubah untuk bulan kedua berturut-turut.
"Harga minyak masih bergerak lebih tinggi. Prospek permintaan terus menguat dan pasokan tidak selalu mengikuti," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Meroket Berkat Kesepakatan AS dan Iran soal Nuklir