Suara.com - Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan beban operasional maskapai Garuda Indonesia sangat besar setiap bulannya.
Bahkan, lanjut dia, Garuda hanya mampu membayar sepertiga dari beban operasional setiap bulannya. Pernyataan itu disampaikannya saat menghadiri rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Kamis (3/6/2021).
"Mau tidak mau, struktur biaya harus dipotong lebih rendah. Sebagai informasi, Garuda punya cost atau biaya per bulan itu 150 juta dolar AS, sementara pendapatannya 50 juta dolar AS, jadi utang 100 juta dolar AS setiap bulan," ujarnya.
Namun begitu, Kartika, yang akrab disapa Tiko, memastikan Kementerian BUMN tidak akan tinggal diam dengan keadaan itu. Saat ini, Kementerian BUMN hingga manajemen tengah berupaya melakukan negosiasi utang.
Baca Juga: Erick Thohir Bongkar Penyebab Maskapai Garuda Indonesia "Berdarah-darah"
Salah satunya, berbicara dengan pihak penyewa pesawat atau lessor untuk mengajukan restrukturisasi.
"Mau tidak mau kalau mau renegosiasi secara internasional harus melalui proses legal internasional karena justru mayoritas utang Garuda kepada lessor dan pemegang sukuk internasional," jelas Tiko.
Menteri BUMN Erick Thohir membeberkan masalah-masalah yang dihadapi Maskapai Garuda Indonesia.
Menurutnya, penyewaan pesawat atau lessor menjadi beban yang paling besar sampai keuangan maskapai pelat merah berdarah-darah.
Erick mengungkapkan, hingga kini maskapai nasional ini memiliki kontrak penyewaan pesawat dengan 36 Lessor.
Baca Juga: Garuda Indonesia Bangkrut, Erick Thohir Akan Pertahankan Ribuan Karyawan
"Kami meyakini salah satu masalah terbesar di Garuda itu mengenai lessor, ada 36 lessor yang harus dipetakan ulang," ujar Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (3/6/2021).
Mantan Bos Klub Inter Milan ini melanjutkan, saat ini manajemen Garuda Indonesia mengupayakan negosiasi dengan lessor yang sebelumnya sepakat dengan pihak yang kini tersandung korupsi.
"Tapi Kami mesti jujur tapi memang ada lessor yang tidak ikutan dengan kasus itu, tetapi pada hari ini kemahalan sebab kondisi, dan itu yang kita juga harus negosiasi ulang. Beban terberat saya rasa itu," tutur Erick.