Suara.com - Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Yenny Wahid ikut bersuara terkait permasalah maskapai Garuda Indonesia.
Lewat akun Twitter @yennywahid, Anak Presiden ke-4 Gus Dur ini membeberkan permasalah yang terjadi di maskapai pelat merah ini.
Yenny menyebut persoalan Garuda bukan baru saja terjadi, tetapi merupakan warisan dari manajemen sebelumnya.
Mulai dari, korupsi hingga biaya-biaya yang sebenarnya tidak perlu, tetapi tetap dikeluarkan oleh maskapai nasional ini.
"Banyak yang tanya soal Garuda. Saat ini kami sedang berjuang keras agar Garuda tidak dipailitkan. Problem warisan Garuda besar sekali, mulai dari kasus korupsi sampai biaya yang tidak efisien. Namun Garuda adalah national flag carrier kita. Harus diselamatkan," ujar Yenny seperti dikutip Suara.com dari akun Twitternya, Senin (31/5/2021).
Baca Juga: Ditawarkan Pensiun Dini, Serikat Pekerja Garuda Indonesia Usulkan Opsi Lain
Yenny membeberkan, saat ia menduduki kursi Komisaris, Garuda Indonesia tengah bergelut dengan utang lebih dari Rp 20 triliun. Ditambah lagi, lanjutnya, adanya pandemi menambah berat keuangan Garuda.
"Demi penumpang, kami terapkan social distancing meskipun biaya kami jadi dua kali lipat dengan revenue turun 90 persen. Sudah jatuh tertimpa tangga," tutur dia.
Yenny menambahkan, saat ini direksi dan komisaris tengah bekerja keras untuk memulihkan kembali kondisi Garuda. Salah satunya, melakukan restukturisasi utang.
"Yang paling utama adalah debt restructuring & cost restructuring. Di dalamnya termasuk renegosiasi leasing contract. Kita juga sedang fight untuk kembalikan pesawat yang tidak terpakai mengingat di masa pandemi utilisasi menurun drastis," kata Yenny.
Sebelumnya, PT Garuda Indonesia Tbk boleh dibilang sedang berada di ujung tanduk, dengan utang yang semakin menumpuk.
Baca Juga: Yenny Wahid: Wimar Witoelar Bantu Gus Dur Redam Kritikan Internasional
Sejumlah langkah penyelamatan pun dilakukan perseroan, mulai dari restrukturisasi hingga pengurangan pekerja. Namun, tarif tiket pesawat Garuda masih dibandrol dengan tarif premium.
Padahal, kata pengamat penerbangan Alvin Lie, strategi menurunkan harga tarif tiket pesawat bisa jadi alternatif strategi jangka pendek.
"Itu yang juga saya kritik. Garuda hingga saat ini masih menggunakan strategi harga tiket premium dengan batas atas," ucap Alvin Lie.