Suara.com - PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) telah melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa serta dilanjutkan dengan Paparan Publik, pada Jumat 28 Mei 2021.
Pada RUPSLB emiten sawit berkoda saham SSMS itu meraih persetujuan atas Rencana Penawaran umum berkelanjutan efek bersifat utang dengan denominasi Rupiah dengan nilai secara keseluruhan sebanyak-banyaknya Rp 2,5 triliun.
Dalam mata acara berikutnya SSMS juga meraih persetujuan atas penjaminan asset untuk pengajuan pinjaman dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dengan nilai secara keseluruhan sebanyak-banyaknya Rp 4 triliun.
Pada Agenda ke tiga, emiten sawit itu mendapat restu untuk Persetujuan atas penyesuaian ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 15/POJK.04/2020 tanggal 21 April 2020 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.
Baca Juga: Penjualan Naik, Phapros Bagikan Dividen 40 Persen dari Laba Bersih
Pada paparan Publik yang dilakukan secara virtual dari dua kota Jakarta dan Pangkalan Bun, Perseroan melaporkan hasil kinerja produksi dan kebijakan perusahaan sepanjang tahun 2020.
“Kinerja Perseroan yang positif pada tahun 2020 baik di sisi operasional maupun finansial merupakan suatu prestasi tersendiri, karena dapat tercapai di saat situasi makroekonomi global yang tidak mudah. Menyusul merebaknya situasi pandemi Covid-19. Yang berdampak pada pelemahan kinerja dunia usaha secara global. Hal itu yang membuat Manajemen bersinergi untuk mengelola dengan menetapkan strategi dan kebijakan yang tepat oleh Perseroan,” kata Direktur Utama SSMS Vallautahan Subraminam ditulis Sabtu (29/5/2021).
Pada kesempatan yang sama, Hartono Jap selaku Direktur Keuangan SSMS mengatakan, bahwa perseroan telah mendapat restu para pemegang saham untuk membagikan dividen tunai senilai Rp 290,42 miliar atau setara 50 persen dari laba bersih pada tahun 2020, adapun pembagian diveden tunai akan dilakukan pada 26 Juni 2021.
Sebesar Rp 116,17 miliar atau setara 20 persen dari laba bersih akan disisihkan sebagai cadangan wajib dan sisa dari laba bersih SSMS sebesar Rp 174,25 miliar akan di masukkan sebagai cadangan lainnya yang akan menambah saldi laba di tahan.
Lebih jauh, terkait dengan sentimen yang di gaungkan Uni Eropa kepada industri sawit, Hartono Jap mengatakan, apabila Eropa mengatakan sesuatu tentang Sawit Indonesia, kita tidak terlalu khawatir dengan apa yang terjadi di Eropa dan statement-statement Eropa karena mangsa pasar kita di Eropa pun tidak terlalu besar.
Baca Juga: 8 Emiten yang akan Bagikan Dividen Pasca Lebaran
Mangsa pasar SSMS masih mayoritas di Asia seperti China, India, Vietnam dan negara Asia lainnya. Jadi kita tidak terpengaruh dengan kebijakan-kebijakan tentang CPO dari Eropa.
“Apabila bicara tentang kerusakan hutan dan ekosistem alam maka SSMS menyatakan bahwa kami memiliki ekosistem alam yang bagus kami memiliki hutan lindung khusus untuk orang hutan di area perkebunan kami ,” tegas Hartono.
Dari sisi penyerapan anggaran pada kuartal I-2021, SSMS telah merealisasikan kapex sekitar 25% dari total Rp 300 miliar target tahun 2021. Dimana realisasi capex SSMS mayoritas digunakan untuk kerapihan jalan dan infrastruktur yang harus terus dijaga demi kelancaran akses menuju perkebunan.
Pada laporan finansial, sepanjang 2020 SSMS mampu mencatatkan kenaikan angka penjualan doubledigit, yaitu sebesar 23% menjadi Rp 4,04 triliun dan laba bruto yang naik 83% menjadi Rp 1,84 triliun.
Laba usaha Perseroan naik signifikan sebesar 169% menjadi Rp 1,19 triliun, yang dipengaruhi oleh kenaikan harga jual produk sawit di pasar internasional.
Strategi lainnya pada 2020 yaitu, SSMS memperkuat kerja sama untuk pemasaran produk sawitnya, salah satunya dengan PT Citra Borneo Utama (CBU), yang menyerap 70% produk sawit Perseroan untuk kemudian diolah menjadi produk turunan sawit, seperti olein, sterein dan PFAD.
Pada akhir Desember 2020, Perseroan menambah kepemilikan sahamnya di PT CBU menjadi sebanyak 32% dari sebelumnya hanya 19% sebagai bagian memperkuat strategi hilirisasi bisnis, fokus untuk meningkatkan utilisasi pabrik penyulingan kelapa sawit mencapai 100%. Penguatan hilirasi produk sawit akan menjamin prospek profitabilitas yang lebih baik bagi Perseroan di masa depan.
Pada tahun 2020, SSMS mampu menaikkan volume produksi dari Fresh Fruit Bunch (FFB) dan CPO dari kebun inti masing-masing sebesar 6% dibandingkan tahun 2019, yaitu menjadi 1,6 juta ton dan 369.032 ton, dari target kenaikan sebesar 10% yang dicanangkan di awal tahun.
Kinerja operasional yang gemilang ini juga didukung oleh komitmen Perseroan untuk mempertahankan produktivitas yang tinggi meskipun di tengah pandemi.
SSMS di tahun 2020 mengelola total 116.029 Ha area lahan perkebunan sawit baik yang dikelola oleh perusahaan langsung ataupun oleh petani plasma, di mana 81.485 Ha merupakan lahan perkebunan inti yang telah ditanami oleh tanaman menghasilkan (mature) dan terdiri dari 69.236 Ha merupakan lahan perkebunan inti (nucleus), dan 12.248 Ha kebun sawit yang dikelola oleh petani plasma (plasma).