Suara.com - Pemerintah mencatat defisit APBN per April 2021 sebesar Rp 138,1 triliun atau 13,7 persen dari target defisit dalam APBN 2021 yang sebesar Rp 1.006,4 triliun.
Kondisi ini menunjukkan pembiayaan terjaga, pembiayaan investasi telah terealisasi dan tetap berlanjut sesuai rencana.
“Defisit keseimbangan primer Rp36,4 triliun dan defisit kita sebagai persentase terhadap PDB adalah 0,83 persen dari produk domestik bruto (PDB),” kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam konferensi pers APBN Kita secara virtual, ditulis Rabu (26/5/2021).
Sementara itu Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatawarta mengungkapkan pembatasan kegiatan masyarakat secara lebih luas dan pengendalian belanja menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam mengendalikan defisit anggaran.
Baca Juga: Sri Mulyani Geram, Banyak Duit Pemda Masih Mengendap di Perbankan
“Itu membuat kita semakin challenge untuk bisa menurunkan defisit tadi di level di bawah 3 persen di tahun 2023,” kata Isa.
Hal yang penting untuk dilakukan saat ini adalah menjaga supaya kasus Covid 19 betul-betul terkendali dan tidak ada lonjakan-lonjakan yang mengkhawatirkan, sehingga defisit APBN di bawah 3 persen dari PDB pada tahun 2023 dapat tercapai sesuai dengan yang diamanatkan Undang-Undang 2 Tahun 2020.
“Dengan begitu, kita juga lebih tenang mendorong perekonomian, kemudian mengendalikan belanja-belanja kita, sehingga kemudian pada akhirnya kita juga bisa lebih sistematis dan teratur untuk menurunkan defisit sampai ke bawah 3 persen di tahun 2023,” pungkas Isa.