Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Bertahan di Level 3,5 Persen

Selasa, 25 Mei 2021 | 15:05 WIB
Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Bertahan di Level 3,5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bank Sentral Indonesia mempertahankan level suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 3,5 persen. Keputusan ini setelah Bank Indonesia menggelar Rapat Dewan Gubernur pada tanggal 19-20 April 2021.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Maret 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi video di Jakarta, Selasa (25/5/2021).

Dalam RDG, Perry menuturkan, BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen. Dan suku bunga Lending Facility juga tetap sebesar 4,25 persen.

Keputusan ini, tambahnya, sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, meskipun prakiraan inflasi tetap rendah.

Baca Juga: INFOGRAFIS : Cara Melaporkan Debt Collector Nakal

Selain itu, untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut, Bank Indonesia lebih mengoptimalkan kebijakan makroprudensial akomodatif.

"Kemudian, mempercepat digitalisasi sistem pembayaran," ucap dia.

Dalam hal ini, Perry juga melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas arah kebijakan moneter akomodatif.

Kemudian, melanjutkan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan dengan penekanan pada komponen-komponen SBDK (cost of fund, overhead cost, dan profit margin) dan masih lambatnya penurunan suku bunga kredit baru (Lampiran).

"Memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif melalui penyempurnaan kebijakan rasio kredit UMKM menjadi kebijakan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) antara lain melalui perluasan mitra bank dalam penyaluran pembiayaan inklusif, sekuritisasi pembiayaan inklusif, dan model bisnis lain."

Baca Juga: Triwulan I 2021, Utang Luar Negeri Indonesia Hampir Tembus Rp 6.000 Triliun

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI