Suara.com - Produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun snus dan kantong nikotin, telah terbukti secara kajian ilmiah memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok.
Dengan fakta tersebut, produk tembakau alternatif kini menjadi solusi untuk menurunkan prevalensi merokok.
Pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran, Ardini Raksanagara, menjelaskan produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok karena tidak ada proses pembakaran dalam penggunaannya, berbanding terbalik dengan rokok.
"Jadi ketika rokok dibakar, maka menghasilkan TAR, yang terdiri dari banyak zat kimia berbahaya yang berpengaruh terhadap sistem tubuh manusia," ujar Ardini kepada wartawan, Rabu (19/5/2021).
Baca Juga: Regulasi Rokok Elektrik di Indonesia, Kapan Rampung?
Bukti bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok salah satunya sudah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP).
Dalam kajian dengan judul “Pengurangan Bahaya Tembakau dan Studi Potensi Genotosik melalui Perhitungan Frekuensi Mikronukleus pada Apusan Sel Mukosa Bukal”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok aktif memiliki jumlah inti sel kecil dalam kategori tinggi sebanyak 145,1. Sedangkan, pengguna produk tembakau alternatif dan non-perokok masuk dalam kategori normal yang berkisar pada angka 76-85.
Jumlah inti sel kecil yang semakin banyak menunjukkan ketidakstabilan sel akibat paparan terhadap senyawa toksik yang merupakan indikator terjadinya kanker di rongga mulut.
Hasil riset memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara jumlah inti sel kecil pada pengguna produk tembakau alternatif dengan non-perokok dan dua kali lebih rendah daripada perokok aktif.
Baca Juga: 4 Cara Menghilangkan Bau Rokok di Dalam Mobil
"Itu sudah dibuktikan dari studi klinis yang dilakukan YPKP dari lapisan mukosa pada mulut. Makanya saya heran jika ada yang berpendapat kalau produk tembakau alternatif yang melalui proses pemanasan ini lebih berbahaya daripada rokok," tegas Ardini.
Dalam kesempatan terpisah, Profesor dari Universitas Catania, Riccardo Polossa, yang menjadi narasumber dalam Global Tobacco & Nicotine Forum pada 27 April lalu, mengatakan produk tembakau alternatif terbukti mengurangi kadar risiko berbahaya hingga 80-90 persen.
Ini tidak berarti bebas risiko atau sepenuhnya bebas racun. Namun produk ini jauh lebih sedikit risikonya dibandingkan rokok," katanya.
Dengan rendahnya kadar risiko tersebut, sejumlah negara telah memaksimalkan produk tembakau alternatif untuk menurunkan angka perokoknya.
Sebut saja Inggris dan Jepang yang kini merasakan hasil positif dengan mendukung penggunaan produk tembakau alternatif.
Penggunaan produk tembakau alternatif di Inggris telah mendorong 20.000 perokok berhenti merokok setiap tahunnya. Badan statistik Inggris melaporan angka perokok mengalami penurunan dari 14,4 persen pada 2018 lalu menjadi 14,1 persen atau setara dengan 6,9 juta perokok pada 2019.