Suara.com - Harga minyak melambung lebih dari 1 persen karena terangkat pembukaan kembali ekonomi Eropa dan meningkatnya permintaan Amerika setelah jatuhnya harga karena melonjaknya kasus virus corona di Asia dan data manufaktur China yang mengecewakan.
Mengutip CNBC, Selasa (18/5/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melesat 75 sen, atau 1,1 persen menjadi 69,46 dolar AS per barel.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), meningkat 90 sen, atau 1,4 persen, menjadi 66,27 dolar AS per barel.
Ekonomi Inggris dibuka kembali, memberi 65 juta orang kebebasan setelah empat bulan penguncian Covid-19.
Baca Juga: Imbas Krisis Virus Corona di India, Harga Minyak Ikutan Anjlok
Dengan percepatan tingkat vaksinasi, Prancis dan Spanyol merelaksasi pembatasan terkait Covid, dan pada Sabtu, Portugal dan Belanda melonggarkan pembatasan perjalanan.
Janji pertumbuhan ekonomi mendukung harga minyak dalam beberapa pekan terakhir, meski laju inflasi membuat banyak investor khawatir bahwa suku bunga dapat naik, yang dapat memukul pengeluaran konsumen.
Investor tetap khawatir tentang varian virus corona yang pertama kali terdeteksi di India. Beberapa negara bagian India, Minggu, mengatakan akan memperpanjang penguncian untuk melawan pandemi, yang menewaskan lebih dari 270.000 orang di sana.
Penjualan bensin dan solar domestik oleh BUMN penyulingan India turun seperlima pada semester pertama Mei dari bulan sebelumnya.
Singapura bersiap untuk menutup sekolah minggu ini dan Jepang telah mengumumkan keadaan darurat di tiga prefektur lainnya.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Usai Jaringan Pipa BBM AS Dapat Serangan Siber
Pabrik di China memperlambat pertumbuhan output mereka pada April dan penjualan ritel secara signifikan meleset dari ekspektasi ketika para pejabat memperingatkan masalah baru yang mempengaruhi pemulihan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.