Suara.com - Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) mendistribusikan bantuan 1.000 paket sembako kepada masyarakat di sekitar Jabodetabek.
“Kami memberikan bantuan 1.000 paket kepada Yatim dan masyarakat kurang mampu. Lokasinya tersebar ke beberapa titik di Jabodetabek. Tujuan kami memang ingin membantu di kala pandemi. Dan asosiasi punya program berbagi kebaikan seperti yang dijalankan sekarang,” ujar Ernest Gunawan, Sekjen Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) saat menyerahkan simbolis bantuan di Yayasan Seia Sekata, Jatinegara, Jakarta Timur ditulis Selasa (11/5/2021).
Ernets menjelaskan, sebaran pembagian sembako dan alat ibadah sebanyak 16 lokasi yang berlokasi semuanya di Jabodetabek. Total paket senilai Rp 100 juta.
"Kita fokus ke Panti, tapi juga ke RT dan RW. Namun, pembagian ke arah yang lebih membutuhkan karena mungkin mereka belum terjamah," jelasnya.
Baca Juga: DLH Samarinda Olah Minyak Jelantah jadi Biodiesel, Hasilnya Miliaran Rupiah
Yayasan Seiya Sekata, Panti Asuhan di Bilangan Klender merasakan kebahagiaan atas uluran tangan Aprobi kepada 76 anak Yatim yang dibina olehnya. 76 anak Yatim terdiri 50 orang mukim dan sisanya warga sekitar.
"Berbagi ke yatim semoga bermanfaat, bulan suci kita hanya bisa membalas dengan doa semoga makin sukses," jelas Yana Sekretaris Panti Asuhan Yayasan Seiya Sekata.
Sementara itu,Perwakilan Yayasan Pantin Asuhan Cahaya Alam di Duren Sawit, Suyoto mengapresiasi kehadiran Aprobi yang bersedia datang dan memberikan santunan.
“Kami doakan Aprobi, dan anggotanya tetap sukses dalam menjalankan aktifitas bisnisnya. Berbangga, terharu. Tidak sia sia, amal baik yakin dan tentu amal itu diterima allah," jelasnya.
Berkaitan update biodiesel, Ernest Gunawan menjelaskan serapan biodiesel di dalam negeri selama pandemi diharapkan dapat meningkat pada 2021. Artinya, produksi biodiesel tumbuh dan serapannya juga naik.
Baca Juga: Nadhatul Ulama Sumsel Ingin Sinergis Wujudkan Biodiesel Bersih
“Dengan demikian, industri dapat mempertahankan bahkan menaikan produksinya di masa pandemi dan tentu saja mempertahankan/menaikkan jumlah tenaga kerjanya, menaikan serapan bahan baku yang berasal dari petani,” jelasnya.
Ia mengatakan selama pandemi faktanya program B30 menjadi penopang industri sawit. Harga beli Tandan Buah Segar (TBS) sawit dari petani naik sekitar 2 kali lipat.
”Yang tidak kalah penting, dengan memakai B30. Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca yang signifikan guna mengurangi polusi dan mengurangi resiko ISPA bagi kesehatan masyarakat,” pungkasnya menutup pembicaraan.