Investasi di Sektor Digital Dorong Kinerja TelkomGroup

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 11 Mei 2021 | 07:25 WIB
Investasi di Sektor Digital Dorong Kinerja TelkomGroup
Logo Telkom. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Hal tersebut sejalan dengan strategi digitalisasi sebagai motor penggerak bisnis di tengah pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang ditetapkan Telkom sebagai induk usaha Telkomsel.

Strategi digitalisasi terbukti berhasil membuat Telkom membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 136,46 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 0,7 persen jika dibandingkan tahun 2019.

Selain itu laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perseroan tahun 2020 tercatat sejumlah Rp 72,08 triliun dengan laba bersih Rp 20,80 triliun. Di mana masing-masing tumbuh sebesar 11,2 persen dan 11,5 persen dibandingkan tahun 2019.

Analis Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat dan Henry Tedja dalam risetnya menyatakan kinerja Telkom sepanjang tahun lalu lebih baik dibandingkan ekspektasi mereka.

"Estimasi kami pertumbuhan laba Telkom hanya akan mencapai 8,1 persen. Namun ternyata bisa kembali tumbuh dua digit," kata Kresna dan Henry.

Keduanya juga menyebut Telkom memiliki arus kas dan neraca keuangan yang sehat sepanjang 2020. Kondisi yang menurut mereka memberikan angin segar bagi investor dari sisi pembagian dividen.

Senada dengan Mandiri Sekuritas, kajian Nomura International Ltd terhadap emiten berkode saham TLKM juga menyatakan Telkom berhasil mencatatkan kinerja yang bagus sepanjang tahun lalu.

Analis Verdhana Sekuritas Indonesia Nicholas Santoso dan Raymond Kosasih yang berkontribusi terhadap kajian Nomura tersebut menjelaskan peningkatan kinerja Telkom ditopang oleh pendapatan bisnis data dan internet serta Telkomsel sebagai bisnis seluler perseroan.

"Beberapa hal yang harus diwaspadai Telkom adalah tren ekonomi makro, migrasi data yang lebih cepat yang dapat menurunkan pertumbuhan pendapatan, regulasi asimetris yang dapat merugikan, persaingan data yang tidak rasional, pengeluaran pelanggan yang lebih rendah, dan kesulitan dalam mengamankan situs baru, yang diperlukan untuk perluasan jaringan," ujarnya.

Baca Juga: Telkomsel Kembali Guyur Investasi ke Gojek Sebesar Rp 4,2 Triliun

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI