Kementan Dorong Daya Saing Petani Melalui Inovasi dan Gratieks

Iwan Supriyatna Suara.Com
Senin, 10 Mei 2021 | 14:00 WIB
Kementan Dorong Daya Saing Petani Melalui Inovasi dan Gratieks
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat rapat koordinasi nasional pembangunan perkebunan.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Prinsip korporasi dalam program unggulan Super Prioritas Perkebunan di Direktorat Perkebunan, Kementerian Pertanian, telah dipraktikkan oleh petani masa kini bernama Ifah, pemilik Arafatea di Jawa Barat.

Ifah adalah sosok petani dengan pola pikir sebagai pengusaha dan pebisnis. Kiprahnya mengembangkan komoditi teh menjadikan Arafatea telah berkembang sebagai korporasi yang yang menjalankan manajemen usaha pertanian dengan model usaha yang modern. Ifah pun layak disematkan sebagai petani sekaligus penentu arah dan tujuan usahanya.

Ifah tidak hanya bekerja sama dengan petani komoditas lainnya, ia juga telah melakukan beragam inovasi dan mengolah hasil tehnya menjadi produk yang kekinian. Hal itu ditunjukkan dengan giat mengembangkan teh dan terus melakukan variasi olahan teh yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Arafatea pun menghasilkan produk teh dengan varian seperti teh jeruk (orange tea), cokelat teh hijau (greentea chocolate), teh biji cokelat (cacao nips tea), greentea rice cracker, teh bunga (flower tea), teh putih (white tea), teh hitam (blacktea), teh genmaicha, matcha latte/greentea latte, teh hijau pandan (pandan greentea), hingga kosmetik/skincare greentea face mask, greentea face soap, bodylotion, dan bantal leher teh (healty neck pillow) serta produk lainnya.

Baca Juga: 3 Hari Jelang Lebaran, Kementan:Pasokan dan Harga Pangan Stabil

Teh biji cokelat (cacao nips tea) telah dikembangkan Arafatea sejak tahun 2019. Berawal dari silaturahim antara petani teh dengan petani kakao sehingga saling terjalin kerja sama yang baik dan saling mendukung dalam bentuk olahan kolaborasi teh dan cokelat.

Ifah menjelaskan sinergi teh dan kakao merupakan terobosan baru yang bahannya merupakan teh dan kakao Indonesia. Tehnya memakai teh premium blacktea ortodok dari kebun Malabar di Pangalengan.

Arafatea bekerja sama dengan petani kakao, Asep, asal Pangandaran, berupa biji kakao yang sudah di fermentasi kering, dibakar atau sanggrai.

Olahan Arafatea, cacao nips tea, mendapat respons bagus dipasaran, karena rasa teh yang unik dengan aroma kakao. Rasa khas itu bisa menenangkan. Karena memang cacao nips tea bisa membuat tidur menjadi lebih berkualitas terutama bagi kalangan anak muda.

Ifah mengatakan dalam menghasilkan inovasi produk teh, dirinya melibatkan kelompok tani dari hulu hingga hilir. Dengan pola kerja seperti itu Ifah merasakan peningkatan produksi sehingga hasilnya bisa ekspor ke negara tetangga Singapura. Sedikitnya Ifah sudah mengirim 20.000 botol pada Desember tahun 2020.

Baca Juga: Dukung Pertanian Indonesia, 3 Wilayah di Banten Jalankan Program FMSRB

Meski pandemi Covid-19 masih menjadi penghalang sebagian besar pengusaha, Ifah terus berupaya berkarya dengan menjalankan program mall to mall dan meningkatkan penjualan melalui daring.

Saat ini Arafatea ada di ploting market seperti di beberapa mall di Indonesia, online shop shopee, tokopedia, ali baba, atau bisa diorder melalui media sosial khususnya Instagram, atau via Whatsapp Arafatea.

Sejalan dengan semangat Ifah tersebut, tahun 2021 Direktorat Jenderal Perkebunan juga terus berupaya meningkatkan produktivitas, produksi, nilai tambah dan ekspor serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Khususnya dalam mendukung program Gratieks (Gerakan 3 Kali Ekspor) diperlukan peningkatan ekspor secara kualitas dan kuantitas untuk komoditas strategis seperti kopi, kakao, kelapa, karet, kayu manis, lada dan pala.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, terus mendorong pengembangan komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi tersebut dan mendukung peningkatan daya saing pertanian termasuk sektor perkebunan di pasar global.

Menteri Pertanian saat rapat koordinasi nasional pembangunan perkebunan bulan Januari lalu, meminta agar semua dapat melaksanakan kebijakan dan program pembangunan perkebunan 2021 yang lebih maju, lebih mandiri dan lebih modern dibanding 2020 diantaranya yang disasar adalah melalui Gerakan 3 Kali Lipat Ekspor (Gratieks).

Untuk itu Direktorat Jenderal Perkebunan harus meningkatkan kerja sama dan bersinergi dengan Eselon I lainnya, Kementerian dan Lembaga lainnya, Pemerintah Daerah dan mitra lainnya.

Semua pihak harus bekerja keras di lapangan, harus mengerti, bisa dan mampu mengeksekusi kebijakan, program dan arahan dalam mengakselerasi program Gratieks.

Sejalan dengan arahan Mentan dan Dirjen tersebut, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ir. Dedi Junaedi, M.Sc menyatakan akan terus berupaya mendorong dan memotivasi para pelaku usaha perkebunan agar dapat meningkatkan kualitas dan inovasi hasil olahan komoditas perkebunan yang bermutu baik dan berdaya saing.

Direktorat Perkebunan juga akan terus melakukan pembinaan dan pendampingan bagi para petani dan pelaku usaha yang berorientasi ekspor untuk dapat memahami standarisasi ekspor dalam rangka menyukseskan program Gratieks hingga tahun 2024.

Sementara Sekretaris Ditjen Perkebunan Dr. Ir. Antarjo Dikin, M.Sc mendukung petani yang menjual produksinya sudah dalam bentuk hasil olahan seperti yang dilakukan Arafatea.

"Petani dengan produk hasil olahan akan semakin memberdayakan petani karena hasilnya bisa lebih bersaing. Juga, akan meningkatkan kesejahteraan petani," tuturnya.

Selain itu Ditjen Perkebunan terus mendorong lahirnya generasi muda, anak-anak milenial untuk lebih memperhatikan pertanian utamanya di komoditas perkebunan dengan terus melakukan pembinaan dan fasilitasi seoptimal mungkin untuk duduk berdampingan dengan para eksportir muda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI