Dukung Pertanian Indonesia, 3 Wilayah di Banten Jalankan Program FMSRB

Sabtu, 08 Mei 2021 | 18:59 WIB
Dukung Pertanian Indonesia, 3 Wilayah di Banten Jalankan Program FMSRB
Kementan dorong gerakan P2L untuk perkuat ketahanan pangan. (Dok. Kementan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Untuk mendukung perkembangan pertanian Indonesia, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) menjalankan Program Flood Management in Selected River Basins (FMSRB). Program ini dilaksanakan di tiga wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi Banten, yakni Cidanau, Ciujung, dan Cidurian.

"Saya respons terhadap kegiatan ini, judulnya menarik, Flood Management in Selected River Basins. Artinya bagaimana kita memanfaatkan aliran sungai ini untuk bisa dimanfaatkan dalam rangka mensejahterakan petani untuk melakukan budidaya, baik itu tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL), Sabtu (8/5/2021).

Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kesiapan daerah dalam mengelola dan mengurangi (mitigasi) resiko banjir dan mengubah paradigma dari proyek pengendalian banjir menjadi pendekatan pengelolaan banjir terpadu.

Direktur Jenderal PSP, Sarwo Edhy mengatakan, pada program ini ada beberapa kegiatan. Pertama, berkaitan dengan konservasi lahan melalui penanaman pohon dan pembuatan terasering sesuai dengan konservasi lahan.

"Kemudian ada juga konservasi air melalui embung. Embung ini, baik embung maupun parit, merupakan bank air, artinya bisa untuk menampung air dan dapat digunakan untuk mengairi komoditas pertanian di musim kemarau," jelasnya.

Para petani tidak hanya bisa melakukan budidaya pada musim hujan, tetapi bisa melanjutkan budidaya pada musim kemarau.

"Yang biasa panen sekali bisa menjadi dua kali, yang biasanya dua kali menjadi tiga kali dengan memanfaatkan air yang ditampung di dalam embung," tambah Sarwo.

Ketiga, ada pelatihan dan pendampingan petani. Ini sangat penting untuk menjadikan petani itu lebih pintar, lebih trampil dalam melakukan budidayanya.

Menurut Sarwo, saat ini sektor pertanian menuju pertanian modern.

Baca Juga: IDI Dukung Penelitian Kementan, Eucalyptus Miliki Peluang Lawan Covid-19

"Yakni menuju ke mekanisasi. Kalau dulu, panen padi itu bisa 2 sampe 3 minggu baru selesai menjadi gabah, tetapi sekarang dalam waktu 3 jam dalam 1 hektare sudah bisa menjadi gabah, dengan mekanisasi pertanian menggunakan combine harvester," imbuh Sarwo.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI