Suara.com - Harga minyak mentah dunia melesat lebih dari 1 persen karena data ekonomi China dan tingkat vaksinasi Amerika membuat optimis para investor.
Mengutip CNBC, Selasa (4/5/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak 80 sen, atau 1,2 persen menjadi 67,56 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melejit 91 sen, atau 1,4 persen, menjadi 64,49 dolar AS per barel.
Amerika Serikat dan China--dua konsumen minyak teratas dunia--diprediksi dapat mendorong pemulihan permintaan dari pandemi virus korona.
Baca Juga: India dan Brazil Lockdown, Harga Minyak Langsung Jatuh
"Bahkan ketika kasus Covid-19 mencapai rekor pekan ini, harga minyak bergerak lebih tinggi karena meningkatnya jumlah vaksinasi di pasar negara maju," kata laporan BofA Global Research.
Sementara itu, impor minyak mentah rata-rata di China mencatat rekor musiman pada Februari dan Maret dari peningkatan penjualan mobil, pemulihan aktivitas perjalanan lokal dan latar belakang industri yang kuat, kata BofA Global Research.
Namun, beberapa bagian dunia seperti India mengalami lonjakan kasus virus korona. Senin, India melaporkan lebih dari 300.000 kasus virus korona selama 12 hari berturut-turut. Gelombang baru virus itu menyebabkan penurunan penjualan bahan bakar sepanjang April.
"Gejolak di India saat ini menghentikan harga minyak dari kenaikan lebih lanjut," kata analis Rystad Energy, Louise Dickson.
Brent meroket hampir 30 persen sejauh tahun ini, pulih dari posisi terendah bersejarah tahun lalu berkat rekor pemotongan pasokan oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC Plus.
Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Dunia Terdongkrak Data Ekonomi AS