Suara.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kembali mengembangkan usaha rintisan atau startup lewat Startup Studio Indonesia Batch 2. Terdapat 15 startup yang akan dikembangkan bisnisnya.
Adapun 15 startup yang akan mengikuti Startup Studio Indonesia Batch 2 ini adalah ALIA, Appskep, AVTER, Cerah.co, Dibimbing.id, Legalku, LingoTalk, MyDoctors, Ovento, Prieds, Rahsa Nusantara, SejutaCita, Shieldtag, Tebengan dan Wehelpyou.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, Startup Studio Indonesia diharapkan dapat menjawab tantangan utama early-stage startup dan membangun semangat kolaborasi antar pelaku startup untuk bersama-sama mengembangkan ekosistem ekonomi digital nasional yang tangguh.
"Hal ini dilakukan melalui transfer pengetahuan, membuka jejaring bisnis baru, serta membangun karakter dan kompetensi startup yang berdaya saing tinggi," ujar Semuel dalam konferensi pers secara virtual, Senin (3/5/2021).
Baca Juga: Penting! Tips dari Kominfo Agar Perempuan Terhindar dari Kejahatan Siber
Kominfo memprioritaskan enam sektor bisnis startup untuk dikembangkan melalui program Startup Studio Indonesia ini.
Keenam sektor industri tersebut antara lain pendidikan, kesehatan, maritim, agrikultur, pariwisata dan logistik.
Adapun kategori early-stage startup yang dapat mengikuti program ini adalah startup yang telah memiliki minimum valuable product (MVP) dan traction selama minimal 3 bulan.
Kemudian sedang dalam proses validasi product-market fit, telah berbadan hukum, dan dalam tahap pendanaan Angel, Pre-seed, Seed, Pre-Series A hingga Series A.
Dalam kesempatan yang sama, Head of Commerce Incubations at Facebook Eric Feng, menambahkan Investasi di industri startup saat ini telah menjadi sebuah bisnis global.
Baca Juga: Startup Agribisnis Ekosis Bantu Pemerintah Kembangkan UMKM
"Para pendiri startup di seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara dan Indonesia membangun bisnis startup yang menarik perhatian Silicon Valley baik untuk berinvestasi, maupun untuk mempelajari perilaku baru konsumen yang dipionirkan oleh konsumen dari negara-negara berkembang," tambah Eric.