Kementan Lakukan Antisipasi Perubahan Iklim, Terutama saat Kemarau

Jum'at, 30 April 2021 | 19:12 WIB
Kementan Lakukan Antisipasi Perubahan Iklim, Terutama saat Kemarau
Iluastrasi embung dan dam parit. (Dok : Kementan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah melakukan upaya antisipasi perubahan iklim, terutama di musim kemarau. Manfaat infrastruktur air seperti embung, dam parit maupun long storage baru terasa ketika kemarau datang.

"Bangunan air, seperti embung dan dam parit akan bermanfaat meskipun debit air kecil, air masih bisa teralirkan ke sawah-sawah petani, sehingga petani bisa menambah pertanaman dalam setahun, dari satu kali menjadi dua kali," jelasnya, Jakarta, Jumat (30/4/2021).

Untuk mengatasi cuaca ekstrem dan kekurangan pengairan sepanjang musim pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Jambi, pembangunan embung diharapkan menjadi solusi. Salah satunya dengan membangun dam parit yang dilaksanakan oleh Kelompok Karya Makmur III di desa Sukamaju, Kecamatan Geragai.

Mentan menambahkan, infrastruktur air juga sangat berguna dalam pengelolaan air lahan kering maupun tadah hujan. Ia berharap, masyarakat dan para petani bisa menjaga dan merawat apa yang telah dibangun oleh pemerintah.

Baca Juga: Kementan Dorong Pengembangan Industri Cokelat untuk Kebutuhan Ekspor

"Saya pesan kepada petani dan masyarakat, agar menjaga dan memelihara embung dengan baik. Jangan sampai rusak atau terbengkalai karena ini kan manfaatnya selain buat petani juga masyarakat bisa menggunakan air di sini saat kekeringan," tuturnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menjelaskan, pembangunan dam parit memang dilakukan untuk mengantisipasi cuaca ekstrem tahun ini. Pembangunan itu diharapkan bisa menampung air hujan dan mengairi sawah, sehingga mampu meminimalisir kerugian petani.

"Program pembangunan dan parit merupakan program strategis untuk penampungan air hujan atau sumber sumber mata air di tempat lain, sehingga ke depan, program ini mampu mengantisipasi kekeringan di lahan pertanian kita," kata Sarwo.

Menurutnya, pembuatan embung atau dam parit sangat diperlukan. Jika musim hujan lahan tidak terendam air, maka di musim kemarau, saat air dari irigasi tidak mencukupi, bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk mengairi lahan padi atau tanaman pertanian lainnya.

"Kami meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan pertanian yang lebih baik. Proyek konservasi lahan juga diharapkan menyelamatkan lahan kritis dengan menanamkan tanaman konservasi produktif," pungkas Sarwo.

Baca Juga: Kementan Raih Penghargaan Kinerja Anggaran 2020

Ketua Kelompok Karya Makmur III menjelaskan, dam parit dengan lebar 6 meter ini mendukung prtanaman padi yang mencapai 30 hektare. Pemanfaatan dam parit dirasa cocok untuk meminimalisir dampak perubahan iklim dengan memaksimalkan suplai dan distribusi air agar lahan terairi dengan sempurna.

"Dam parit ini membantu tanam 2 kali, dengan peningkatan produktivitas dari 3 ton per hektare menjadi 4 per hektare, dan luas layanan 30 hektare. Kelompok tani juga sangat mengupayakan tanaman pangan untuk menanam di semua musim serta di antaranya umenanam palawija atau hortikultura," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI