Suara.com - Pemerintah menerbitkan serangkaian insentif untuk mendorong industri properti bertumbuh. Langkah pemerintah tersebut terbukti mampu menggairahkan pasar properti di Tanah Air. Sejumlah emiten properti tercatat mampu mendongkrak kinerjanya meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19.
Salah satunya PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). LPKR meyakini tahun ini menjadi tahun yang baik untuk sektor properti. Meskipun masih di tengah-tengah situasi pandemi covid-19, LPKR yakin bahwa fundamental permintaan masyarakat yang ingin membeli rumah perdana sangat baik.
Hasil dari penjualan tahun lalu dan juga awal tahun ini, LPKR melihat, demand terbesar adalah untuk rumah tapak. Bahkan saat peluncuran proyek baru, berhasil ludes terjual dalam hitungan jam.
“Di tahun ini kami memproyeksikan pertumbuhan kami 30% dibandingkan tahun 2020,” kata CEO LPKR John Riady, Rabu (28/4/2021).
Baca Juga: Adhi Commuter Properti Gandeng BTN Kembangkan LRT City
Sebelum adanya insentif pajak dari pemerintah yang diberikan kepada konsumen properti, LPKR telah membukukan kinerja positif.
Pada kuartal I/2021, LPKR berhasil membukukan marketing sales Rp1,31 triliun, melesat 86% year-on-year (yoy) dibandingkan Rp703 miliar pada kuartal I/2020.
Penjualan pada kuartal I/2021 didorong oleh klaster rumah tapak segmen kelas menengah yang mewakili 63% dari total penjualan.
Lebih dari 50,6% marketing sales di kuartal I/2021 dicapai LPKR dengan keberhasilan peluncuran proyek perumahan tapak terbesar Cendana Icon di Lippo Village, yang merupakan penjualan tertinggi LPKR dalam 1 hari selama lebih dari 20 tahun.
Menurut John, permintaan properti terbesar berasal dari rumah tapak dengan harga di bawah Rp2 miliar, dimana pembelinya sekitar 80% merupakan pasar perdana. Sekitar 60% pembeli tersebut menggunakan KPR.
Baca Juga: Rumah Tapak Jadi Pilihan Masyarakat Membeli Properti Selama Pandemi
“Jadi inilah yang saya pikir real economy dan real demand yang harus didukung dan harus terus kita kembangkan,” tuturnya.
LPKR, lanjut John, akan melakukan launching banyak proyek baru yang dimulai di bulan April 2021.
“Jadi kita akan terus tumbuh dan kita juga melihat bahwa memang permintaannya besar, di Meikarta pun pun penjualan juga naik 100% dibandingkan tahun sebelumnya,”ungkapnya.
Insentif berupa pajak pertambahan nilai (PPN) yang ditanggung pemerintah
hingga Agustus nanti dipastikan akan memberikan dampak positif bagi kinerja LPKR.
Menurut Analis Jada Utama Kapital Sekuritas Chris Aprilliony, properti di koridor barat ibukota memiliki tren peningkatan penjualan.
Hal ini lantaran segmen menengah yang terus bertumbuh dengan adanya pasokan produk baru. Karenanya, LPKR diyakini memiliki kinerja yang prospektif.
“Untuk jangka menengah dan jangka panjang sahamnya memang prospektif,” ujarnya.
Dengan suksesnya pengembangan beberapa proyek baru membuat pendapatan LPKR semakin tebal. Chris meyakini pada tahun ini industri properti akan semakin bergairah di semester kedua yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan emiten-emiten properti.
“Seperti LPKR, di kawasan barat (ibukota),” paparnya.
Senada dengan Chris, CEO Property Excelent & Advisory F. Rach Suherman menilai, emiten properti di koridor barat ibukota seperti LPKR memiliki keunggulan dari sisi segmentasi. Dia mengatakan, selama ini ceruk pasar dengan permintaan tinggi berada di segmen Rp500 juta hingga Rp2 miliar.
Namun, pengembang yang memasok hunian segmen tersebut terbatas. Kehadiran beberapa proyek LPKR di segmen ini menjadi keunggulan perseroan.
“Segmen diatas Rp500 juta yang cukup besar. Di koridor barat pasokan (hunian) yang dilakukan LPKR memenuhi ceruk pasar yang ada,” katanya.
Suherman menilai, pada semester kedua industri properti nasional akan semakin bertumbuh karena masyarakat sudah memiliki daya beli dengan dukungan insentif dari pemerintah berupa PPN.
Dia pun memperkirakan permintaan produk-produk properti di koridor barat ibukota akan melesat lebih cepat dibandingkan koridor timur ibukota.