Daya Beli Masih Loyo, Ekonomi Bakal Melempem Lagi?

Selasa, 27 April 2021 | 16:06 WIB
Daya Beli Masih Loyo, Ekonomi Bakal Melempem Lagi?
Aktivitas jual beli di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (6/8/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meski pemerintah sudah cukup melonggarkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro untuk memperluas kegiatan masyarakat, namun nyatanya belum cukup untuk mampu mendorong kegiatan konsumsi rumah tangga atau daya beli masyarakat

Pernyataan tersebut disampaikan Ekonom CORE Faisal dalam diskusi virtual, Selasa (27/4/2021).

"Dengan dilonggarkannya PSBB atau PPKM Mikro dan sebagainya, ini belum banyak mendorong konsumsi rumah tangga," katanya. 

Setidaknya ada beberapa indikator yang disebut Faisal kenapa konsumsi rumah masih tumbuh lambat.

Baca Juga: Efek THR Hanya Sebulan, Daya Beli Tidak akan Terdongkrak

Pertama terlihat dari data indeks penjualan riil yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) ternyata sampai dengan triwulan pertama tahun 2021 masih terjadi kontraksi yang dalam yakni minus 17 persen.

"Masih double digit ya ini, masih cukup dalam sehingga untuk bisa kembali kepada kondisi normal ekspansi masih sangat jauh," paparnya.

Tak hanya itu laju inflasi inti yang menunjukan adanya suplai dan demand juga masih rendah hingga bulan Maret 2021.

"Dalam satu tahun terakhir, bahkan sampai awal tahun ini belum terangkat naik, belum ada demand full inflation-nya," kata Faisal.

Sehingga kata dia, dengan data tersebut terlihat bahwa belum adanya peningkatan konsumsi yang cukup kuat.

Baca Juga: CORE: Konsumsi Rumah Tangga Masih Lamban

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini daya beli masyarakat akan pulih pada kuartal II tahun ini, mengingat sejumlah faktor telah menunjukan tren pemulihan seperti confidence yang mulai pulih, technical rebound, peningkatan aktivitas masyarakat di masa Ramadan dan Idulfitri, serta pemulihan yang berasal dari dukungan APBN yang berupa stimulus perekonomian.

"Keempat faktor ini akan mendorong kuartal kedua konsumsi tahun 2021 diperkirakan akan mengalami akselerasi yang positif dan signifikan. Ini hal yang akan kita dukung atau kita akan monitor tentu dengan catatan selama Covid tetap bisa terjaga," kata Sri Mulyani.

Menurutnya perekonomian Indonesia pada kuartal tersebut diprediksi akan memasuki zona positif-rebound yang disertai peningkatan confidence dan aktivitas konsumsi, serta efek dari stimulus perekonomian yang mulai meningkat.

Konsumsi masyarakat yang merupakan kontributor terbesar di dalam PDB mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Indeks Keyakinan Konsumen pada Maret 2021 naik ke angka 93,4 dari yang sebelumnya 85,8 pada Februari 2021.

"Ini artinya konsumen di Indonesia memiliki keyakinan yang membaik dan nanti terlihat di dalam beberapa indikator yang mendukungnya," katanya.

Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat pada bulan Maret diperkirakan pada area makanan, minuman, informasi, transportasi, pakaian, rumah tangga, serta kegiatan rekreasi.

Meskipun begitu, peningkatan kegiatan rekreasi harus tetap dijaga agar tidak mengakibatkan pelonjakan Covid-19 yang dilakukan melalui berbagai hal seperti, vaksinasi yang tetap berjalan, dan peningkatan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas dan kegiatan masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI