Suara.com - Pemerintah mencatat defisit APBN hingga tiga bulan pertama tahun 2021 mencapai 0,82 persen atau setara Rp 144,2 triliun dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara merinci, realisasi penerimaan negara mencapai Rp 378,8 triliun atau sudah 21,7 persen dari Rp 1.743,6 triliun dan belanja negara sudah Rp 523,0 triliun atau 19,0 persen dari Rp 2.750,0 triliun.
"Ini semua di dalam koridor yang bisa kita kontrol dan kita akan pantau terus," katanya dalam konferensi pers APBN Kita yang dilakukan secara virtual pada Kamis (22/4/2021).
Jika dilihat secara rinci, penerimaan negara yang mencapai Rp 378,8 triliun ini terdiri dari penerimaan pajak yang mencapai Rp 228 persen penerimaan bea dan cukai yang mencapai Rp 62,3 triliun, PNBP sebesar Rp 88,1 triliun, dan hibah sebesar Rp 0,3 triliun.
Baca Juga: Jokowi Saksikan Vaksinasi di BEI, Sri Mulyani : Anggarannya dari APBN
Sementara dari belanja negara yang sudah mencapai Rp 523,0 triliun, rinciannya adalah belanja pemerintah pusat mencapai Rp 350,1 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai Rp 173,0 triliun.
Khusus belanja pemerintah pusat yang mencapai Rp 350,1 triliun ini berasal dari belanja kementerian/lembaga (K/L) sebesar Rp 201,6 triliun dan belanja non K/L sebesar Rp 148,5 triliun.
Sementara TKDD terdiri dari transfer ke daerah sebesar Rp 162,4 triliun dan dana desa mencapai Rp 10,6 triliun.
Sedangkan pembiayaan anggaran hingga Maret 2021 tercatat Rp 323,0 triliun atau setara 32,1 persen dari target. Realisasi pembiayaan tersebut tumbuh 282,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2020 senilai Rp 8,1 triliun.
Baca Juga: BWI Bantah Wakaf Uang Bakal Dipakai untuk Menutup Defisit Anggaran APBN