Suara.com - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mengalami penurunan penjualan karena pandemi Covid-19, ditambah lagi dengan maraknya produk impor pakaian jadi, khususnya dari China dan Thailand.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan jika kondisi ini terus terjadi industri TPT dalam negeri bisa terancam.
Menurut dia maraknya pakaian impor jadi karena pemerintah masih memberlakukan tarif bebas bea masuk untuk sektor ini.
"Impor produk pakaian bebas masuk tanpa pengenaan tarif ataupun regulasi non tarif," kata Enny dalam diskusi virtual Indef bertajuk TPT Bangkit, Daya Beli Terungkit, Kamis (22/4/2021).
Baca Juga: Wiska Gandeng APR Produksi Bahan Baku Serat Rayon
Menurut Enny tarif bebas impor ini hampir terjadi di segala jenis pakaian, mulai dari atasan, casual, pakaian formal, pakaian bayi hingga pakaian muslim.
"Kondisi ini menunjukkan tidak adanya keberpihakan terhadap industri TPT dalam negeri," ucap Enny.
Imbasnya kata dia, berbagai produk pakaian jadi yang masuk ini bisa mengancam kelangsungan produsen, IKM dan tenaga kerja di tanah air.
Dari catatan Enny setidaknya ada 2 negara paling banyak yang melakukan importasi pakaian jadi ke Indonesia yakni China dan Thailand dengan menawarkan harga yang murah.
"Dengan kondisi ini produsen dalam negeri khususnya IKM makin sangat tertekan," pungkasnya.
Baca Juga: Industri Fesyen Ramah Lingkungan, Startup Ini Kembangkan Sepatu dari Jamur