Suara.com - Rima Melati (31) tidak pernah menyangka, usaha mukena bordir miliknya berhasil menembus pasar luar negeri. Usaha iseng ini dirintis sejak 2013 dan kini berbuah manis.
Perjuangan Rima merintis usaha, memasarkan produk ke kancah global, hingga memberdayakan warga sekitar, menjadi bukti ketangguhan jiwa sang Kartini masa kini.
Wanita asal Bukittinggi, Padang, Sumatera Barat ini, bercerita, untuk memulai usaha mukena bordir tidak mudah, karena banyak yang dikorbankan. Mulai dari waktu dengan keluarga hingga jatuh bangun memasarkan brand mukena bordirnya.
Hal ini diperparah dengan hantaman pandemi virus Corona (Covid-19) yang melanda dunia, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Corporate Secretary BRI Terpilih Jadi Ketua FH BUMN, Ini Komitmennya
“Banyak suka dukanya. Jatuh bangunnya mencari langganan itu luar biasa,” ujar Rima.
Bermodal hanya Rp10 juta, kala itu Rima yang tinggal di sentra orang yang membuat bordiran, memberanikan diri memulai bisnis. Rima bersyukur, ikhtiar yang dilakukannya mendapatkan dukugan dari sang suami.
Namun karena suami juga memiliki pekerjaan, mau tidak mau Rima harus berusaha sendiri. Mendapat dukungan saja sudah cukup baginya.
Ingin usahanya berkembang, dia pun mencari tambahan modal. Dukungan modal sebesar Rp75 juta yang diperolehnya dari BRI, menjadi pemicu omzet dagangan mukena Rima menembus hingga Rp150 juta per bulan.
Kerja keras berbuah manis, mukena bordir buatan Rima kini diekspor ke negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Baca Juga: Ini Strategi BRI Group Tingkatkan Literasi Pasar Modal di Kalangan Milenial
“Sangat terbantu karena kalau tidak ada suntikan dana dari BRI kita tidak akan sampai sekarang. Alhamdulillah bisa berkembang, bisa kredit mobil sampai selesai,” ujarnya.
Bisnis mukena bordir Rima kian berkembang dan ia memberanikan diri untuk memperluas usahanya. Dukungan kredit sebesar Rp275 dari BRI dikantongi Rima untuk meningkatkan kapasitas bisnisnya.
Kerja Keras dan Semangat Berjuang
Dia menuturkan, di balik usaha mukena bordirnya yang saat ini sukses, terselip pengalaman suka duka saat meniti usaha. Suatu ketika, Rima terpaksa harus meninggalkan sang buah hati ke negeri seberang (Malaysia) untuk mengantarkan pesanan mukena.
“Awal-awal saya harus meninggalkan anak ke Malaysia untuk mengantarkan pesanan mukena.Waktu bersama anak dikorbankan untuk mengantar barang setiap bulan,” ungkapnya.
Saat ini, ketika pandemi Corona melanda, Rima pun berjuang menyelamatkan usaha yang telah dirintisnya delapan tahun silam. Usahanya sempat terganggu lantaran permintaan anjlok.
Tak patah semangat, demi keberlanjutan usaha, Rima mengurangi produksi mukena bordir dan menggenjot penjualan via daring (online).
Barulah setelah pandemi mulai terkendali dan daya beli masyarakat mulai meningkat, omzet yang diraih Rima berangsur membaik. Kini ia mengantongi omzet Rp 150-200 juta per bulan.
Adapun mukena bordir yang dijual Rima dibanderol mulai Rp 210 ribu per buah hingga Rp 2,5 juta per buah untuk yang paling mahal.
“Sebelum pandemi, itu Rp 150 juta, kalau untuk saat ini alhamdulillah, sudah mulai stabil dibanding sebelum pandemi. Sekarang omzetnya kisaran Rp150-200 juta sebulan. Jadi lebih baik lagi alhamdulilah selama 2 bulan ini,” katanya.
Produk mukena bordir besutan Rima sudah terkenal hingga Malaysia dan Singapura. Bahkan di Indonesia pun, penjualan mukena bordirnya telah melintasi berbagai daerah hingga luar pulau Sumatera. Setiap minggunya, Rima mampu menjual 4-5 kodi mukena bordir.
Tak hanya memiliki ketangguhan dan ketekunan, Rima merupakan sosok yang peduli sosial. Untuk tenaga kerja, Rima memberdayakan masyarakat sekitar. Jumlah pekerjanya kini 41 orang, mulai dari penjahit, pembordir, dan bagian packing.
Ke depan, Rima tetap berharap usahanya semakin maju dan BRI bisa semakin membimbing para UMKM-UMKM sepertinya agar bisa naik kelas. Dia juga berharap dapat diikutsertakan dalam suatu pameran yang diadakan BRI kelak.
“Jangan patah arang dan semoga pandemi pun cepat berlalu dan kita semakin maju,” pungkasnya.