Pemerintah Perlu Strategi Alternatif untuk Turunkan Angka Perokok

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 20 April 2021 | 11:05 WIB
Pemerintah Perlu Strategi Alternatif untuk Turunkan Angka Perokok
Ilustrasi rokok kretek. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Indonesia diminta untuk mengadopsi strategi alternatif dalam menurunkan angka perokok Indonesia agar dampak kesehatan dari merokok turut berkurang.

Salah satunya dengan menyampaikan informasi kepada perokok dewasa mengenai produk tembakau alternatif.  

Guru Besar Universitas Sahid Jakarta, Profesor Kholil, mengungkapkan, berdasarkan hasil kajian terhadap 930 responden yang melibatkan sejumlah akademisi, dokter, tenaga kesehatan, perokok dan pengguna produk tembakau alternatif, berhenti merokok merupakan strategi utama untuk mengurangi bahaya merokok.

“Itu yang paling paten, kalau bisa ya,” kata Kholil ditulis Selasa (20/4/2021). 

Baca Juga: Perusahaan Besar Turunkan Golongan Produksi, Rokok Murah Makin Marak

Saat ini, jumlah perokok di Indonesia sebanyak 66 juta jiwa. Kholil melanjutkan, apabila perokok dewasa sulit berhenti merokok secara langsung, maka diperlukan strategi lainnya demi menurunkan bahaya kesehatan akibat rokok.

“Penelitian di Amerika, berhenti merokok langsung hanya efektif 4%-10%, artinya hanya 4-5 orang yang berhasil,” ujarnya. 

Karena peluang keberhasilan berhenti merokok secara langsung masih sangat rendah, Kholil menyarankan pemerintah untuk menyiapkan strategi alternatif lainnya.

“Sebagai regulator, pemerintah harus punya tindakan dan kepedulian,” ungkapnya.  

Salah satu pilihan lainnya, yang tengah berkembang saat ini, adalah produk tembakau alternatif. Beberapa produknya antara lain, rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, hingga snus.

Baca Juga: Riset UI: Bansos Pemerintah Justru Meningkatkan Konsumsi Rokok

Sejumlah negara seperti Inggris, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru telah mendorong penggunaan produk tembakau alternatif, yang terbukti berdasarkan sejumlah riset independen di berbagai negara, memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok, untuk menurunkan jumlah perokoknya. 

Dalam hasil penelitiannya, Kholil mengatakan, sebagian besar responden, yang merupakan perokok dewasa, tidak tahu adanya produk tembakau alternatif yang memiliki risiko kesehatan lebih rendah daripada rokok.

Oleh karena itu diperlukan kolaborasi antara pemerintah, praktisi kesehatan, lembaga pendidikan dan peneliti, serta pelaku usaha untuk menciptakan komunikasi yang aktif dalam menurunkan prevalensi merokok. 

“Karena itu harus disampaikan juga kepada perokok dewasa, Anda kalau ingin mengurangi bahaya merokok ada produk ini (produk tembakau alternatif),” ujarnya.  

Selain menyiapkan strategi alternatif, menurut Kholil, pemerintah juga perlu aktif memberikan edukasi mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan. Sebab, masih ada yang beranggapan nikotin merupakan penyebab utama dari berbagai penyakit yang diakibatkan oleh rokok. 

“Yang paling berbahaya dari rokok adalah TAR. Kalau ada produk tembakau yang tidak menghasilkan TAR, itu yang paling hebat. Sehingga dari hasil studi tersebut, untuk menurunkan bahaya merokok perlu ada produk lain yang bisa lebih rendah bahayanya,” tutup Kholil.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI