Suara.com - Kemeterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong masyarakat bisa mencari peluang bisnis di tengah pandemi Covid-19 ini. Salah satunya, dengan minyak goreng bekas pakai atau yang biasa disebut minyak jelantah.
Ternyata, minyak jelantah bisa menjadi salah satu jalan keluar bagi masyarakat untuk dijadikan bahan baku pembuatan bahan bakar biodiesel secara komersil.
Subkoordinator Keteknikan Bioenergi Kementerian ESDM Hudha Wijayanto mengungkapkan ada dua prinsip utama yang harus dipenuhi apabila menjadikan jelantah sebagai bahan baku biodiesel.
Pertama, kualitas minyak jelantah harus mencapai standar spesifikasi biodiesel. Kedua, punya nilai keekonomian tinggi dan dapat diimplementasikan.
Baca Juga: Peluang Usaha Ratusan Juta dari Minyak Jelantah, Ini 5 Kiat Suksesnya
"Jika kedua prinsip tersebut bisa dipenuhi oleh biodiesel dari jelantah, maka potensi jelantah sebesar 3 juta kiloliter per tahun akan dapat memenuhi 32 persen kebutuhan biodiesel nasional," kata Hudha dalam keterangannya yang ditulis, Minggu (18/4/2021).
Pada kesempatan yang sama, Engagement Unit Manager Traction Energy Asia Ricky Amukti menegaskan keberadaan minyak jelantah sebagai bahan bakar biodiesel memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kesehatan.
"Minyak jelantah yang dibuang sembarangan akan berpengaruh langsung terhadap lingkungan hidup. Jika menumpuk di selokan, akan menimbulkan bau dan air selokan jadi kotor. Jika terserap di tanah, kualitas tanah akan menurun," ungkapnya.
Ricky menambahkan penggunaan biodiesel dari minyak jelantah ini akan menekan jumlah emisi karbon.
Berdasarkan analisa Kementerian ESDM, biodisel sendiri berpotensi mengurangi 91,7 persen emisi karbon dibandingkan solar.
Baca Juga: Peluang Bisnis Menggiurkan di Bulan Suci Ramadan
"Jika memanfaatkan jelantah, kita tak perlu mengganti hutan dengan perkebunan kelapa sawit, yang justru berpotensi meningkatkan emisi karbon," tuturnya.