Suara.com - Pandemi yang tengah terjadi secara tidak langsung berdampak terhadap pertumbuhan pasar modal di Indonesia. Per Februari, data BEI menunjukkan, jumlah investor baru berusia 18 - 25 tahun bertambah 280.569 orang atau 48,7 persen dari total investor baru.
Pesatnya pertumbuhan investor khususnya kalangan millenial ini harus diimbangi dengan meningkatnya literasi keuangan di pasar modal. BRI Group yang memiliki aspirasi sebagai penyedia jasa keuangan terintegrasi terus berkomitmen untuk mendorong meningkatnya literasi keuangan di seluruh lapisan masyarakat. Melalui BRI Danareksa Sekuritas, BRI Group gencar melakukan penetrasi yang menyasar generasi muda untuk melek investasi di pasar modal.
Dalam Program BRI Cuap Cuap Cuan Berkah di CNBC Indonesia, Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas, Friderica Widyasari mengatakan, investor (terutama dari generasi milenial) harus cermat memilih perusahaan sekuritas yang mampu menyediakan fasilitas edukasi dan informasi mencukupi. Jika tidak, maka investor muda terhambat untuk memaksimalkan potensi mereka memutar uangnya melalui investasi di berbagai instrumen.
“Kita harus diversifikasi. Jangan semua investasi kita dimasukkan ke saham. Ada produk di luar saham yang juga perlu dimiliki, itu bisa reksadana, obligasi, tabungan, semuanya harus dipelajari. Untuk milenial harusnya berbeda dengan orang yang sudah mau pensiun, tapi yang jelas harus menyisihkan uang baik dari gaji ataupun jajan yang diberikan orang tua. Milenial harus mau mencari sekurutas yang memberi edukasi,” tutur Friderica.
Baca Juga: BRI Ajak Pekerjanya Peduli Isu Lingkungan hingga Tata Kelola, Ini Caranya
Dia mengungkapkan, secara umum ada dua tipe investor pasar modal di dunia. Keduanya yakni investor (trader) harian dan jangka panjang. Investor harian adalah orang yang membeli saham untuk kepemilikan dalam jangka pendek. Sementara trader jangka panjang cenderung mengumpulkan saham dalam rentang waktu panjang dan menengah.
Kedua investor ini memiliki strategi berbeda untuk digunakan dalam bertransaksi sehari-hari. Akan tetapi, mereka wajib memiliki pemahaman terhadap saham dan emiten yang dijadikan tujuan investasi. Tanpa pemahaman dan informasi yang cukup, investor tak bisa maksimal memanfaatkan potensi keuntungan dari investasinya.
Friderica menyebut, BRI Danareksa Sekuritas memiliki produk bernama SAPA MENTARI yang bisa digunakan sebagai sarana investor mendapat informasi terkait saham dan emiten pilihan dari hari ke hari. Melalui SAPA MENTARI, BRI Danareksa Sekuritas membuat highlight saham-saham apa saja yang layak dijual dan dibeli pada hari tertentu.
“Untuk yang menjadi investor, jangan membeli sesuatu karena rumor. (Investor) harus punya strategi, sektor apa saja yang perlu dimasuki, harus tahu saham mana saja yang bakal terjadi pembalikan (harga),” ujar Friderica.
“Saat ini bahkan dengan modal Rp100 ribu masyarakat sudah bisa trading. Tinggal mencari sekuritas yang fokus pada investor ritel, memang tidak banyak, tetapi ada. Seperti kami di BRI Danareksa Sekuritas punya tim khusus, maka investor milenial akan dibantu,” tambahnya.
Baca Juga: Cegah Fintech Ilegal, BRI Kembangkan Open Banking Melalui Fitur API
Selain mengandalkan fasilitas dari perusahaan sekuritas, investor juga diimbau rajin mengikuti perkembangan ekonomi dan industri nasional. Hal ini patut dilakukan apabila investor ingin terus mendapat pembaruan informasi ihwal sektor ekonomi mana saja yang akan pulih dan bertahan dalam rentang waktu tertentu.
“Ketika pandemi, apa sektor yang bertahan? Kalau ada pemulihan, sektor mana yang akan pulih? Kalau kami melihat ada sektor perbankan, konstruksi, ritel, otomotif akan menjadi lebih baik. Kemudian, kalau sudah tahu sektor-sektornya maka harus tahu emiten mana saja yang akan baik (kinerjanya)? Harus tahu juga rencana emiten dan aksi korporasinya,” tutupnya.