Polusi Udara Dapat Mengurangi Angka Harapan Hidup

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 13 April 2021 | 07:39 WIB
Polusi Udara Dapat Mengurangi Angka Harapan Hidup
CEO NAFAS Indonesia, Nathan Roestandy.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu indikator kesehatan pada suatu wilayah dapat dilihat dari kualitas udara, yang mana hal tersebut mampu mengurangi angka harapan hidup jika daerah tersebut dipenuhi dengan udara tidak sehat.

CEO NAFAS Indonesia, Nathan Roestandy menilai bahwa sesuatu yang berdampak terhadap kesehatan manusia mampu mengurangi harapan hidup mereka seperti halnya terjadi pada kualitas udara.

"Menurut saya, kalau sesuatu yang berdampak ke kesehatan bisa mengurangi life expectancy kita," ujar Nathan Roestandy dalam sebuah video yang diunggah melalui akun Komunitas Bicara Udara, ditulis Selasa (13/4/2021).

Melihat dampak tersebut, Nathan yang sejak September 2020 mendirikan NAFAS bersama Piotr Jakubowski, mengatakan sudah seharusnya bagi masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan terutama terkait dengan kesehatan udara.

Baca Juga: PSBB Tidak Membuat Kualitas Udara Membaik Secara Substansial

Ia menilai jika tidak untuk diri sendiri maka masyarakat harus memikirkan untuk generasi selanjutnya.

Salah satu kelompok yang paling rentan terdampak adalah anak-anak, hal tersebut terjadi lantaran dampak ke pertumbuhan otak anak yang sedari kecil sudah terkena polusi udara akan sangat berpengaruh terhadap nilai Sumber Daya Manusia (SDM) di masa depan.

"Jadi mungkin supaya peduli itu kadang-kadang kita perlu kayak wakeup call, ya kayak harus tahu nih sebetulnya nih kalau kita semuanya nggak peduli ya berarti kita nggak peduli dengan masa depan negara kita juga," jelas Nathan.

Lanjutnya, kesalahpaham masyarakat terhadap polusi juga terjadi. Dimana pandangan masalah kualitas udara di luar yang buruk tidak akan memasuki ruang tertutup seperti rumah atau gedung itu tidak benar.

Menurutnya, jika di luar ruangan udaranya jelek itu hampir dapat dipastikan di dalam juga sama. Hal tersebut merupakan salah persepsi yang sering terjadi di masyarakat.

Baca Juga: Kecepatan Jogging Pengaruhi Usia Harapan Hidup, Kok Bisa?

"Di mana bisa dikatakan salah pengertian adalah ‘oh kalau di luar jelek di dalam pasti aman’, tapi seringkali itu di dalam bisa lebih parah daripada di luar. Karena di dalam itu kita juga ada efek-efek, faktor-faktor lainnya yang menyebabkan indoor air pollution," ungkapnya.

NAFAS hingga kini telah memiliki ratusan sensor kualitas udara yang tersebar di Jabodetabek. Melalui aplikasi yang tersambung dengan sensor di lapangan, NAFAS dapat memberikan informasi mengenai kualitas udara secara real-time.

Sebagai informasi Komunitas Bicara Udara sendiri adalah saluran untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya udara bersih dan usaha untuk membantu mengurangi polusi udara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI