Suara.com - BPJS Ketenagakerjaan berencana untuk mengurangi komposisi investasi saham dan reksa dana mereka di pasar modal, hal ini dilakukan untuk mengurangi kerugian investasi di saat kondisi pasar sedang bergejolak.
Menanggapi hal tersebut Direktur Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono Widodo mengatakan, keputusan untuk berinvestasi ataupun tidak dari sebuah lembaga pengelola dana publik merupakan hak sepenuhnya dari lembaga tersebut.
"Kebijakan investasi dari para pengelola dana publik adalah kebijakan yang independen dan bursa menghargai keputusan dari para pengelola/manajer investasi tersebut," kata Laksono kepada wartawan, Rabu (31/3/2021).
Memang dari hasil penelusuran saat ini BPJS Ketenagakerjaan memiliki porsi di saham kurang lebih 14 persen, deposito 12 persen, dan 65 persen di obligasi.
Baca Juga: Sri Mulyani Berharap Seluruh Sektor Ekonomi Kembali Bergairah Usai Vaksin
Hal ini menunjukkan saham merupakan yang paling berfluktuasi. Oleh karena itu, BP Jamsostek ingin berinvestasi secara langsung untuk menghindari fluktuasi yang ada.
"Musti dilihat berapa transaksi BPJS TK di BEI selama beberapa waktu terakhir ini. Silahkan ditanyakan ke BPJS TK karena ini bukan data publik yang bisa kami sebarkan ke publik," tegas Laksono.
Seperti diketahui, sampai Februari 2021, rasio kecukupan dana (RKD) program Jaminan Hari Tua di BPJS Ketenagakerjaan mencapai 95,2 persen.
Jumlah ttersebut belum pernah tercapai 100 persen sejak Desember 2017 yang saat itu mencapai RKD 101 persen.
BPJS Ketenagakerjaan berecana untuk lebih memfokuskan dananya untuk investasi langsung daripada saham dan reksa dana.
Baca Juga: Ini Harapan BEI Usai Terima Prioritas Vaksin dari Jokowi
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo menjelaskan bahwa risiko pasar dari saham dan reksadana menjadi salah satu penyebab rasio kecukupan dana program jaminan hari tua (JHT) berada di bawah 100 persen.
"Kami lihat strateginya bisa melakukan perubahan dari saham dan reksa dana ke obligasi atau investasi langsung. Sehingga secara perlahan nanti kami akan rekomposisi aset yang ada untuk meminimalisir risiko pasar yang terjadi seperti saat ini," ujar Anggoro.