Suara.com - Pandemi Covid-19 telah mengakselerasi transformasi berbasis digital dalam waktu relatif singkat dan membuat pelaku usaha, termasuk UMKM, dihadapkan pada tantangan namun juga kesempatan yang harus dikelola secara utuh agar tetap dapat bersaing dan beradaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen.
Pentingnya peran UMKM dalam menggerakkan perekonomian nasional mendorong PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) untuk senantiasa mengembangkan keterampilan UMKM Indonesia melalui program Sampoerna Retail Community (SRC) dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC).
Komitmen ini ditegaskan dan dipaparkan oleh Presiden Direktur Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis, di ajang konferensi Indonesia Summit 2021 oleh The Economist.
“Kami senantiasa menjalankan komitmen untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing UMKM secara terpadu dan menyeluruh. Khususnya dalam hal digitalisasi, kami antara lain membantu meningkatkan literasi digital serta mengembangkan aplikasi AYO SRC untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing toko kelontong tradisional,” ujar Mindaugas Trumpaitis dalam keterangannya, Rabu (31/3/2021).
Baca Juga: Sampoerna Ciptakan 2 UMKM Handal untuk Gerakan Roda Ekonomi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia terkontraksi sekitar 2 persen pada 2020, dan lebih 90 persen pelaku usaha, mulai dari ultra mikro hingga menengah mengatakan bahwa penjualan mereka menurun.
Memasuki 2021, pemerintah optimis perekonomian akan kembali bangkit pada kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen. Selain insentif dan stimulasi dana dari pemerintah di bawah Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), kolaborasi dan kontribusi pihak swasta juga dibutuhkan untuk mempercepat proses pemulihan.
Pelaku UMKM merupakan tulang punggung penggerak perekonomian yang mampu memberikan multiplier effect bagi masyarakat di sekitarnya.
Menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah, daya serap tenaga kerja UMKM adalah sebanyak 117 juta pekerja atau 97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha.
Sementara itu kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional (PDB) adalah sebesar 61,1%. Untuk itu, Sampoerna senantiasa berperan aktif meningkatkan keterampilan dan daya saing UMKM, termasuk toko kelontong yang tergabung di dalam Sampoerna Retail Community (SRC).
Baca Juga: Sampoerna Foundation Bantah Jadi Inisiator Penghapusan Pelajaran Sejarah
Diluncurkan pada tahun 2008, saat ini SRC telah merangkul lebih dari 130.000 pemilik toko kelontong yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Melalui program ini, Sampoerna memberikan pendampingan kepada pemilik toko kelontong SRC tentang manajemen bisnis dan rantai suplai, strategi pemasaran, pelatihan tentang pemanfaatan platform online seperti media sosial dan e-commerce, peningkatan literasi digital, hingga cara membina relasi yang baik dengan pelanggan.
Ketika pandemi merebak, dukungan Sampoerna menjadi semakin relevan, utamanya dalam hal pemanfaatan teknologi serta platform digital untuk tetap produktif dan bertahan.
Lebih lanjut, untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing pemilik toko kelontong SRC, Sampoerna mengembangkan aplikasi digital AYO SRC yang diluncurkan pada tahun 2018.
Aplikasi AYO SRC merupakan terobosan inovatif yang menghubungkan pemilik toko kelontong SRC di seluruh Indonesia dengan mitra penyalur, seperti pedagang grosir, serta juga dengan para konsumen secara online (Business to business to consumer/B2B2C).
Selain itu, nilai tambah lain dari aplikasi AYO SRC antara lain adalah Pojok Bayar untuk e-payment, AyoKasir untuk membantu manajemen stok barang, dan yang terbaru adalah Pojok Modal.
Fitur Pojok Modal berangkat dari situasi di lapangan dimana sebagian besar pemilik toko kelontong SRC belum terhubung (unbanked) atau memiliki akses perbankan yang terbatas, sementara bantuan finansial sangat krusial bagi mereka.
“Melalui Pojok Modal, kami berupaya memfasilitasi para pemilik toko kelontong SRC dengan institusi permodalan yang kredibel, sehingga mereka bisa memanfaatkan skema pay-later untuk menjaga stok barang dan membuat bisnis tetap berjalan,” kata Mindaugas.
Mindaugas juga menambahkan bahwa berdasarkan riset dari Litbang Kompas, pendapatan pemilik toko kelontong SRC pada tahun 2019 mencapai hampir Rp 70 triliun atau setara dengan 4,1 persen PDB ritel.
Lebih jauh, 58 persen pemilik toko kelontong SRC adalah perempuan, dan 30 persen di antaranya berperan menafkahi keluarga.
“Antusiasme terhadap SRC juga terjadi pada pelanggan. Hingga Februari 2021, ada lebih dari 939.000 pelanggan telah terdaftar dalam aplikasi AYO SRC. Dalam aspek B2B (business to business), terdapat 80.000 pengguna aktif setiap minggunya dan tercatat 5,5 juta pemesanan terjadi di dalam platform dengan nilai transaksi lebih dari Rp 9 triliun sepanjang tahun 2020,” tambah Mindaugas.
Kontribusi dan dukungan Sampoerna terhadap UMKM juga diwujudkan lewat Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) yang didirikan pada tahun 2007 di Pasuruan, Jawa Timur.
Melalui SETC, Sampoerna memberikan pelatihan kewirausahaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan usaha. Sejak situasi pandemi berlangsung, SETC berfokus pada kurikulum tentang pemasaran online dan penggunaan media sosial untuk bisnis. Hingga akhir 2020, sebanyak 54.500 pelaku UMKM telah menerima pelatihan dari SETC.
Mindaugas kembali menegaskan bahwa Sampoerna berkomitmen untuk menjangkau dan memberdayakan pelaku UMKM secara berkelanjutan, terutama dengan pengembangan kapasitas di bidang digital dan pemanfaatan teknologi untuk membangun bisnis.
“Kami percaya bahwa komunitas yang berdaya dan inovatif yang didasarkan pada riset mendalam serta praktik bisnis yang baik, akan menjadi kunci dalam memberikan dampak sosial-ekonomi yang lebih besar dan berkelanjutan di Indonesia,” tutup Mindaugas.
Sesi diskusi panel “Technology for Recovery” merupakan bagian dari konferensi Indonesia Summit 2021 dari The Economist. Sesi ini menghadirkan narasumber dari beragam sektor industri dan profesi, yakni Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Bambang Brodjonegoro, Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis, Head of Growth WeWork Southeast Asia, Elizabeth Fuller, dan Country Director untuk Facebook di Indonesia, Pieter Lydian. Sesi ini membahas tentang peran teknologi dan ekosistem digital dalam pemulihan ekonomi di Indonesia.