Waskita Karya Targetkan Nilai Kontrak Baru Senilai Rp 26 Triliun di 2021

Iwan Supriyatna Suara.Com
Kamis, 25 Maret 2021 | 15:32 WIB
Waskita Karya Targetkan Nilai Kontrak Baru Senilai Rp 26 Triliun di 2021
Kantor PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) optimis kinerja operasional dan keuangan dapat mengalami perbaikan secara signifikan pada tahun 2021, setelah kinerjanya terkoreksi di 2020 akibat pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 yang dimulai sejak awal tahun 2020 dan masih berlangsung sampai dengan saat ini telah membawa dampak yang sangat berat bagi perekonomian secara umum, termasuk sektor konstruksi.

Belanja infrastruktur Pemerintah yang menjadi katalis utama kinerja industri konstruksi mengalami pemotongan akibat realokasi anggaran untuk penanganan Covid-19.

Tercatat belanja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun 2020 mengalami realokasi dengan total nilai mencapai lebih dari Rp 44 Triliun.

Baca Juga: Waskita Karya Ekspansi ke Pasar Konstruksi Luar Negeri

Realokasi anggaran infrastruktur menyebabkan mundurnya tender proyek baru yang seharusnya dilakukan pada awal tahun 2020.

Di sisi operasional, penerapan protokol kesehatan dan pembatasan kegiatan masyarakat menjadi kendala proses pengerjaan konstruksi yang normal dan efektif. Protokol kesehatan juga membuat beban operasional proyek membengkak.

Selain itu, pengadaan serta mobilitas dari sumber daya manusia dan material proyek juga terhambat oleh kebijakan karantina yang diberlakukan wilayah tertentu. Ditambah lagi harga material yang melonjak tinggi akibat terbatasnya pasokan.

Di tengah kondisi yang sangat menantang tersebut, Waskita dapat mencatatkan perolehan Nilai Kontrak Baru tahun 2020 sebesar Rp 27 Triliun. Pencapaian ini berada diatas target yang telah ditetapkan dan lebih tinggi dibandingkan para pesaingnya.

Tingkat kemenangan tender juga mengalami peningkatan menjadi 35,2%, membuktikan bahwa Waskita memiliki daya saing yang baik di industri konstruksi.

Baca Juga: BUMN Waskita Resmi Garap Dua Proyek Sumber Air di Provinsi Banten

President Director Waskita, Destiawan Soewardjono mengatakan bahwa Waskita tetap mendapatkan kepercayaan yang besar dari para pemilik proyek.

“Pencapaian nilai kontrak baru ini akan menjadi katalis positif perbaikan kinerja Waskita,” kata Destiawan, Kamis (25/3/2021).

Berdasarkan tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru Waskita dari proyek infrastruktur konektivitas seperti jalan, jalan tol, dan jembatan adalah sebesar 43%, proyek EPC sebesar 27%, proyek Gedung sebesar 13%, proyek infrastruktur sumber daya air sebesar 8%, serta proyek dari anak usaha sebesar 9%.

Beberapa proyek besar yang diperoleh Waskita pada 2020 antara lain Proyek Tol Ciawi – Sukabumi seksi 3 dan 4 senilai Rp 3,3 Triliun, proyek konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hydro Batang Toru dengan nilai Rp 887 Miliar, Bendungan Jragung Paket 1 senilai Rp 733 Miliar, dan Jaringan Irigasi Rentang dengan nilai kontrak Rp 554 Miliar.

Meski mencatatkan kontrak baru yang memuaskan, Waskita menutup tahun 2020 dengan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 16,2 Triliun. Pandemi Covid-19 yang berlanjut sampai saat ini secara signifikan telah mempengaruhi kinerja Waskita. Turunnya pendapatan usaha juga menyebabkan Waskita mencatatkan kerugian bersih yang cukup signifikan.

Hal tersebut diakibatkan adanya perlambatan aktifitas operasional proyek selama pandemi, beban overhead dari proyek dan pabrik yang terus berjalan, serta tertundanya divestasi asset jalan tol ke tahun 2021 yang mengakibatkan beban bunga investasi jalan tol masih sangat tinggi.

Faktor lain seperti Penundaan pembayaran beberapa proyek besar dan penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 – 73 secara penuh juga menjadi faktor penurunan kinerja keuangan Waskita.

Meskipun terdapat pelemahan margin keuntungan dari segmen konstruksi akibat faktor pandemi Covid-19, segmen bisnis utama Waskita itu tetap konsisten memberikan kontribusi laba bagi perusahaan.

Waskita juga dapat mempertahankan arus kas positif dari aktifitas operasi sebesar Rp 627 miliar. Hal ini didorong oleh penerimaan pembayaran dari proyek yang dikerjakan dengan skema progress payment serta pembayaran proyek turnkey seperti proyek tol Jakarta – Cikampek Elevated II senilai Rp 6 Triliun pada awal tahun 2020.

Destiawan mengatakan bahwa manajemen Waskita akan fokus pada pemulihan kinerja pasca pandemi.

“Waskita sebagai badan usaha terus berkomitmen untuk memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan,” jelas Destiawan.

“Sehingga di tahun ini kami akan fokus pada upaya-upaya dan strategi untuk memastikan turnaround kinerja operasional dan kinerja keuangan perusahaan,” lanjutnya.

Destiawan yakin bahwa program vaksinasi yang diselenggarakan oleh Pemerintah akan memberikan dampak positif bagi aktifitas perekonomian di tahun 2021.

Destiawan pun menyebutkan bahwa Waskita sudah menyiapkan beberapa strategi utama untuk menyambut momentum tersebut.

Adapun strategi utama yang akan diterapkan oleh Waskita antara lain transformasi bisnis, restrukturisasi keuangan, serta divestasi saham jalan tol.

Pertama, Waskita akan melakukan transformasi bisnis secara komprehensif pada berbagai aspek termasuk pemasaran, operasional, investasi, dan keuangan.

Waskita berkomitmen menyeimbangkan portofolio kontrak baru dimana selama 5 tahun terakhir Waskita sangat bergantung pada proyek pengembangan bisnis atau investasi, yang pendanaannya diperoleh melalui utang dengan beban bunga komersial.

Kedepan, Waskita berupaya mendapatkan lebih banyak proyek yang berasal dari pasar eksternal seperti BUMN, Pemerintah, dan swasta termasuk luar negeri.

Proyek dari eksternal diharapkan akan jauh lebih baik secara arus kas didorong oleh skema pembayaran berbasis progress dan adanya down payment dari pemilik proyek.

Di tahun 2021, Waskita menargetkan nilai kontrak baru sebesar Rp 26 Triliun. 80% dari target tersebut terdiri dari proyek yang berasal dari pasar eksternal dan hanya 20% yang merupakan proyek investasi.

Destiawan memastikan bahwa Waskita tidak akan meninggalkan proyek investasi infrastruktur seperti jalan tol, akan tetapi porsinya akan sangat dibatasi dan Waskita akan mengincar porsi kepemilikan minoritas bersinergi dengan investor infrastruktur lain.

“Investasi pada jalan tol akan tetap dilakukan karena salah satu peran Waskita adalah sebagai agen pembangunan.” kata Destiawan.

Salah satu transformasi yang dilakukan mencakup digitalisasi dan inovasi metode kerja.

“Dengan penerapan teknologi informasi dan pengembangan metode konstruksi, kami akan mampu meningkatkan efisiensi dan daya saing,” jelas Destiawan.

“Pekerjaan konstruksi pun akan dapat berjalan sesuai target ataupun lebih cepat, sehingga kepuasan pemilik proyek pun meningkat.” lanjutnya.

Bentuk transformasi digital yang diterapkan melalui digital twin yang terintegrasi antara teknologi building information modeling (BIM) dan sistem informasi geospasial (GIS).

Digital twin merupakan representasi dari setiap konstruksi yang dibangun Waskita untuk disimulasikan kepada skenario dan informasi aktual di lapangan, sehingga optimalisasi dan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat dan segera.

Waskita pun serius mempersiapkan seluruh sumber daya manusianya untuk menghadapi persaingan di industri yang semakin ketat melalui peningkatan kompetensi serta penguatan core values para pegawai.

“Saat ini kami memiliki sekitar 2000 orang pegawai dan sebagian besar adalah millenial,” kata Destiawan.

“Fokus kami adalah untuk mengembangkan talenta yang kami miliki,” lanjut dia.

Selain transformasi proses bisnis, Waskita pun tengah melakukan restrukturisasi keuangan melalui renegosiasi dengan para kreditur perbankan. Negosiasi telah dimulai sejak tanggal 4 Maret lalu melalui kickoff meeting dengan para perbankan.

“Kami mendapatkan dukungan Pemerintah untuk proses ini,” tutur Destiawan.

Adapun skema renegosiasi yang diajukan kepada kreditur perbankan mencakup relaksasi jatuh tempo utang, penyesuaian tingkat bunga, dan penerbitan fasilitas jangka panjang baru.

“Salah satu opsi yang sedang kami tempuh juga melalui penjaminan dari Pemerintah,” ucapnya.

Sebagai informasi, salah satu agenda RUPS Tahunan Waskita yang akan diselenggarakan pada 16 April 2021 adalah rencana mendapatkan pendanaan dengan Penjaminan Pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 211/PMK.08/2020.

Waskita sebagai salah satu BUMN agen pembangunan tengah mendapatkan kepercayaan untuk menyelesaikan proyek-proyek infrastruktur yang termasuk dalam program pemulihan infrastruktur nasional.

Untuk menyelesaikan seluruh proyek tersebut, Waskita membutuhkan tambahan fasilitas sebesar Rp 15,3 Triliun dari perbankan dan obligasi yang rencananya akan didukung penjaminan dari Pemerintah.

“Dengan penjaminan pemerintah maka kelayakan kredit Waskita akan meningkat, sehingga beban bunga pinjaman akan lebih kompetitif,” jelas Destiawan.

Waskita menargetkan restrukturisasi keuangan mampu menurunkan tingkat bunga pinjaman dan menyehatkan arus kas perusahaan.

“Saat ini kinerja kami tertekan oleh beban bunga utang investasi jalan tol yang mencapai Rp 4,6 Triliun di tahun 2020,” terang Destiawan.

Guna mengendalikan beban bunga, Waskita juga akan melepas ruas-ruas tol yang telah selesai pembangunannya. Tahun ini, Waskita menargetkan pelepasan 8 hingga 9 ruas tol dengan target total nilai transaksi sekitar Rp10 Triliun.

Dengan pelepasan ruas di tahun ini, ditargetkan Waskita dapat melakukan dekonsolidasi utang mencapai Rp17 – 18 Triliun.

“Selain melalui dekonsolidasi, Waskita juga akan menggunakan hasil divestasi untuk pembayaran kewajiban kepada kreditur,” tutur Destiawan.

Manajemen Waskita menggunakan beberapa skema transaksi seperti penerbitan instrumen ekuitas, skema tukar saham (shareswap), dan skema penjualan langsung untuk memastikan divestasi dapat terlaksana tepat waktu.

PT Waskita Toll Road (“WTR”) pada 5 Maret lalu telah menandatangani 2 Perjanjian Jual Beli Bersyarat (PPJB) dalam rangka divestasi jalan tol. Total nilai atas 2 transaksi tersebut mencapai Rp 2,3 Triliun.

Pertama, WTR telah menandatangani PPJB untuk divestasi 20% dari total 40% kepemilikan saham pada PT Jasamarga Semarang Batang, pengelola jalan tol Semarang – Batang.

Kedua, WTR juga menandatangani PPJB untuk divestasi 30% saham pada PT Jasa Marga Kualanamu Tol, pengelola jalan tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi, dengan nilai transaksi sebesar Rp 824 Miliar. Investor untuk transaksi divestasi tersebut adalah Kings Ring Ltd.

Finalisasi atas kedua transaksi tersebut ditargetkan untuk dapat segera dilaksanakan setelah seluruh administrasi dan legalitas telah dilengkapi.

“Kami menargetkan beberapa transaksi divestasi lain akan dapat segera kami selesaikan di Triwulan 2 dan 3 ini,” terang Destiawan.

“Termasuk dengan Indonesia Investment Authority (INA) untuk kedepannya,” sambungnya.

Destiawan yakin bahwa transformasi dan strategi lain yang telah dicanangkan akan dapat membuat Waskita mengembalikan performanya.

“Meskipun belum pulih 100%, tapi Waskita telah berada di rute yang tepat untuk memperbaiki kinerja dan kondisi keuangannya,” kata Destiawan.

“Waskita juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan dukungan dari seluruh stakeholder di masa yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian ini,” tutupnya.

Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menilai melambannya kinerja BUMN sektor konstruksi tak lepas dari adanya pandemi covid-19.

Toto menyebut sektor konstruksi mengalami dampak cukup signifikan akibat adanya sejumlah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah kerja.

"(BUMN konstruksi) jelas terdampak karena selama periode PSBB, terutama di 2020 industri ini setop bekerja sehingga tidak ada progress pekerjaan," ujar Toto.

Toto menilai penundaan proyek infrastruktur membuat BUMN konstruksi tidak bisa melakukan penagihan piutang ke pemilik proyek.

Sementara utang financing proyek dari bank atau bunga obligasi terus berjalan. Toto mendorong BUMN konstruksi dapat menyehatkan kondisi arus kas kesehatan dengan mengontrol struktur biaya yang lebih ketat, khususnya terkait dampak dari beban bunga pinjaman dan utang jatuh tempo.

"Perlu upaya negosiasi ulang dengan kreditur untuk meringankan beban utang ini," ucap Toto.

Selain itu, Toto juga mendorong realisasi divestasi aset seperti sejumlah ruas tol yamg masih dimiliki PT Waskita Karya sehingga mampu mengurangi beban likuiditas perusahaan.

"2021 saya kira beberapa kontrak yang sudah didapatkan di 2020 dan kontrak baru di 2021 bisa direalisasikan. Dengan asumsi dampak covid bisa semakin dikurangi maka potensi rebound kinerja sektor konstruksi sangat mungkin terjadi," kata Toto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI