Suara.com - Harga minyak mentah meroket hampir 6 persen setelah sebuah kapal kandas di Terusan Suez, dan kekhawatiran bahwa insiden tersebut dapat menghambat pengiriman minyak mentah memberikan dorongan harga setelah penurunan selama seminggu terakhir.
Mengutip CNBC, Kamis (25/3/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, menetap di 64,41 dolar AS per barel, melejit 3,62 dolar AS atau 6 persen, setelah jatuh 5,9 persen pada hari sebelumnya.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika, melonjak 3,42 dolar AS atau 5,9 persen menjadi 61,18 dolar AS per barel, setelah kehilangan 6,2 persen pada sesi Selasa.
Kenaikan tersebut tampaknya menstabilkan pasar yang merosot dari awal Maret, ketika harga mencapai level tertinggi tahun ini di tengah ekspektasi pemulihan permintaan.
Baca Juga: Kapal Kontainer Raksasa Kandas di Terusan Suez, 100 Kapal Terjebak
Sejak itu, harapan tersebut pupus ketika banyak negara Eropa kembali melakukan lockdown untuk menghentikan gelombang pandemi lainnya.
Minyak pulih dari posisi terendah bersejarah yang dicapai tahun lalu karena OPEC dan sekutunya membuat rekor pemotongan produksi. Kedua benchmark tersebut menyentuh level terendah sejak Februari.
Rabu petang, sepuluh tug boat berjuang untuk menarik salah satu kapal kontainer terbesar di dunia setelah kandas dan menghalangi Terusan Suez selama lebih dari satu hari, kata agen pelabuhan GAC.
GAC mengatakan informasi yang diterima sebelumnya yang mengklaim kapal itu mengapung kembali, memungkinkan lalu lintas dilanjutkan di sepanjang rute pengiriman tercepat dari Eropa ke Asia tersebut, tidak akurat.
Harga minyak juga didukung data Badan Informasi Energi Amerika yang menunjukkan pengilangan mulai pulih setelah badai musim dingin menutup kilang Texas bulan lalu.
Baca Juga: Distribusi Vaksin Terlambat, Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok
Italia, Prancis, dan negara-negara Eropa lainnya memberlakukan kembali pembatasan pergerakan. Tetapi Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia membalikkan keputusan untuk pembatasan selama liburan Paskah yang lebih ketat.