Suram, Harga Minyak Dunia Anjlok 7 Persen

Jum'at, 19 Maret 2021 | 07:24 WIB
Suram, Harga Minyak Dunia Anjlok 7 Persen
Perkembangan harga minyak dunia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia anjlok 7 persen disebabkan meningkatnya kekhawatiran tentang lonjakan kasus Covid-19 di Eropa dan penguatan dolar AS.

Mengutip CNBC, Jumat (19/3/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok 4,72 dolar AS atau 6,9 persen menjadi 63,28 dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas International (WTI), patokan Amerika, melorot 4,60 dolar AS atau 7,1 persen, menjadi 60 per barel dolar AS.

Beberapa negara besar Eropa harus memberlakukan kembali penguncian karena beban kasus meningkat, sementara program vaksinasi melambat di tengah kekhawatiran tentang efek samping dari vaksin AstraZeneca yang didistribusikan secara luas di benua itu.

Minyak pemanas dan bensin Amerika Serikat juga merosot lebih dari 5 persen.

Baca Juga: Vaksin AstraZeneca Jadi Biang Kerok Merosotnya Harga Minyak Dunia

"Skenario kasus terbaik untuk pemulihan permintaan telah diperhitungkan di pasar ini. Semua orang merayakan peluncuran vaksin dan pengurangan pembatasan," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York.

"Sekarang di Eropa, hampir sepenuhnya kehilangan kontrol. Penguncian di Polandia dan Italia menghantam inti dari seluruh narasi dan tesis pemulihan permintaan yang mendongkrak harga," katanya.

Kedua kontrak minyak tersebut merosot lebih dari 11 persen sejak mencapai level tertinggi baru-baru ini pada 8 Maret.

Penurunan lima hari berturut-turut adalah yang terpanjang bagi WTI sejak Februari 2020 dan untuk Brent sejak September 2020.

Setelah penutupan pasar, kedua patokan minyak mentah itu terus melemah, masing-masing merosot lebih dari 6 dolar AS per barel, atau 9 persen.

Baca Juga: Eropa Tunda Penggunaan Vaksin AstraZeneca, Harga Minyak Tergelincir

Program Vaksinasi Perlambatan dalam program vaksinasi di Eropa dan prospek lebih banyak pembatasan untuk mengendalikan virus corona memukul ekspektasi bagi pemulihan penggunaan bahan bakar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI