Suara.com - Harga minyak dunia merosot dikarenakan permintaan yang lebih lemah di Eropa dan meningkatnya persediaan minyak mentah Amerika.
Mengutip CNBC, Kamis (18/3/2021) harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melemah 39 sen, atau 0,6 persen menjadi 68 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), berkurang 20 sen, atau 0,3 persen, menjadi 63,68 dolar AS per barel.
Kedua kontrak tersebut merosot lebih dari 1 dolar AS selama sesi itu.
Baca Juga: Eropa Tunda Penggunaan Vaksin AstraZeneca, Harga Minyak Tergelincir
Sejumlah negara Eropa menghentikan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca karena kekhawatiran akan kemungkinan efek samping. Jerman mengalami peningkatan kasus virus korona, Italia memberlakukan penguncian Paskah secara nasional, dan Prancis berencana untuk menerapkan pembatasan yang lebih ketat.
"Penangguhan itu tidak akan membantu pemulihan ekonomi dan bahan bakar di blok tersebut," kata Stephen Brennock, analis PVM.
Harga minyak jatuh menuju posisi terendah sesi setelah data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah Amerika naik 2,4 juta barel pekan lalu, menyusul laporan industri Selasa yang memperkirakan penurunan 1 juta barel. Analis memperkirakan peningkatan 3 juta barel.
Persediaan minyak mentah Amerika meningkat selama empat pekan berturut-turut setelah operasi pengilangan di kawasan selatan terhambat oleh cuaca dingin yang parah bulan lalu. Perusahaan perlahan-lahan memulai kembali fasilitas dan keseimbangan diprediksi pulih selama beberapa pekan ke depan.
Minyak pulih dari posisi terendah bersejarah yang dicapai tahun lalu karena permintaan anjlok, didukung rekor pemotongan produksi minyak oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) dan sekutunya. Bahkan brent mencapai 71,38 dolar AS per ounce pada 8 Maret, level tertinggi sejak 8 Januari 2020.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun di Tengah Data Ekonomi China yang Kuat
Kerugian tertahan di akhir sesi setelah Federal Reserve, Rabu, memproyeksikan lonjakan pesat dalam pertumbuhan ekonomi dan inflasi Amerika tahun ini karena krisis Covid-19 mereda, dan mengulangi janjinya untuk mempertahankan target suku bunga mendekati nol untuk tahun-tahun mendatang.