Suara.com - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso tetap berkomitmen menurunkan suku bunga kredit. Untuk diketahui, suku bunga acuan Bank Indonesia kembali turun pada Februari menjadi 3,5 persen.
"Dan kemudian pertanyaannya adalah, apakah besar dengan turunnya suku bunga bisa mendorong pertumbuhan kredit," ujar Sunarso dalam Webinar BUMN 2021 Sebagai Lokomotif PEN dan SWF, Kamis (4/3/2021).
Menurut Sunarso, penurunan suku bunga kredit tak serta merta meningkatkan keinginan masyarakat untuk mengajukan kredit. Hal ini dilihat dari data yang dikumpulkan oleh Bank BRI.
Dalam data tersebut, ungkap Sunarso, meski BRI telah menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR), tetapi hasilnya kinerja kredit tetap sama saat suku bunga KUR tinggi.
Baca Juga: Kredit dan Pencadangan Terjaga, BRI Berpotensi Berkembang Pesat di 2021
"Kita punya data, bahwa KUR sebelum tahun 2015 bunganya 22 persen, saat itu pertumbuhan kredit nasional selalu doble digit, bahkan pernah 22-25 persen," jelasnya.
"Terus kemudian, setelah 2015 suku bunga KUR itu diturunkan ke 15 persen, bahkan disubsidi sehingga yang dibayar rakyat hanya 7 persen, tetapi datanya menunjukkan saat suku bunga rendah itu pertumbuhan kredit kita engga sampai double digit, sepanjang periode itu, hanya sekali double digit pada 2018," tambahnya.
Dengan data itu, Sunarso membuktikkan, bahwa bukan menurunkan suku bunga kredit saja yang diperlukan, tetapi perlu langkah lain untuk bisa meningkatkan konsumsi kredit.
"Jadi disimpulkan bahwa ternyata penurunan bunga tdak serta merta mendorong pertumbyhan kredit, atau bukan satu-satumya faktor yang bisa mendongkrak pertumbuhan kredit," ucapnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) merasa heran dengan para perbankan. Karena, BI telah menurunkan suku bunga acuan, tapi suku bunga kredit bank sangat lamban penurunannya.
Baca Juga: BRI Kembali Turunkan Suku Bunga Kredit, Simak Rinciannya!
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung menjelaskan, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 225 basis poin ke level 3,5 persen, namun penurunan itu tak direspon cepat oleh para perbankan dalam menurunkan bunga kredit.
Untuk diketahui, penurunan suku bunga kredit masih cenderung terbatas, yaitu hanya sebesar 83 bps ke level 9,70 persen selama tahun 2020.
"Suku bunga kredit masih sangat rigid ini keliatan spreadnya sangat meningkat. Justru mengalami pelebaran artinya bank-bank coba mendapatkan keuntungan yang lebih di saat seperti ini," imbuh Juda Agung.